Definisi Keterampilan
Berfikir
Keterampilan berpikir dapat
didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-pecah ke dalam
langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir. Satu
contoh keterampilan berpikir adalah menarik kesimpulan (inferring), yang didefinisikan
sebagai kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk (clue) dan fakta atau
informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat suatu prediksi
hasil akhir yang terumuskan. Untuk mengajarkan keterampilan berpikir
menarik kesimpulan tersebut, pertama-tama proses
kognitif inferring harus dipecah ke dalam langkah-langkah sebagai
berikut: (a) mengidentifikasi pertanyaan atau fokus kesimpulan yang akan
dibuat, (b) mengidentifikasi fakta yang diketahui, (c) mengidentifikasi
pengetahuan yang relevan yang telah diketahui sebelumnya, dan (d) membuat
perumusan prediksi hasil akhir.
Berpikir tingkat tinggi adalah
operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada proses-proses berpikir yang
terjadi dalam short-term memory. Berpikir kompleks
Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang
konvergen, yaitu menuju ke satu titik. Lawan dari berpikir kritis adalah
berpikir kreatif, yaitu jenis berpikir divergen, yang bersifat menyebar dari
suatu titik. adalah proses kognitif yang melibatkan banyak tahapan atau
bagian-bagian.
Kemampuan berpikir merupakan proses
keterampilan yang bisa dilatihkan, Artinya dengan menciptakan suasana
pembelajaran yang kondunsif akan merangsang siswa untuk meningkatkan
kemampuan berpikir. Oleh karena itu maka guru diharapkan untuk mencari metode
dan strategi pembelajaran yang dampaknya dapat menigkatkan kemampuan berpikir
siswa.
Terdapat tiga istilah yang berkaitan dengan
keterampilan berpikir, yang sebenarnya cukup berbeda; yaitu berpikir
tingkat tinggi (higher order thinking), berpikir kompleks (complex
thinking), dan berpikir kritis (critical thinking).
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher
Order Thinking Skill)
Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau
dikenal dengan istilah Higher Order Thingking Skills (HOTS) pada
Taksonomi Bloom, merupakan urutan tingkatan berpikir (kognitif) dari tingkat
rendah ke tinggi. Pada ranah kognitifnya, HOTS berada pada level analisis,
sintesis dan evaluasi. HOTS pertama kali dimunculkan pada tahun 1990 dan
direvisi tahun 1990 agar lebih relevan digunakan oleh dunia pendidikan abad
ke-21.
HOTS versi lama berupa kata benda yaitu:
Pengetahuan, Pemahaman, Terapan, Analisis, Sintesis, Evaluasi. Sedangkan HOTS
setelah direvisi menjadi kata kerja: Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis,
Mengevaluasi, dan Mencipta. HOTS (Higher Order Thinking
Skill) adalah Kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat,
menyatakan kembali, atau merujuk tanpa melakukan pengolahan. Adapun
karakteristik dari HOTS sebagai berikut:
- Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, meminimalkan aspek ingatan atau pengetahuan. Ciri-ciri berpikir tingkat tinggi seperti menemukan, menganalisis, menciptakan metode baru, mereflksi, memprediksi, berargumen, mengambil keputusan yang tepat.
- Berbasis permasalahan kontekstual.
- Menggunakan bentuk soal beragam.
Soal-soal HOTS merupakan instrumen
pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi,
yaitukemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan
kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada
konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep
lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan
dari berbagai informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk
menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis.
Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal
yang lebih sulit daripada soal recall.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya
soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi
faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan
kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan,
memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah,
menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil
keputusan yang tepat.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom
sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001),
terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami
(understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4),
mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Soal-soal HOTS
pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4),
mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).Pada pemilihan kata
kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak
pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi
Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata
kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk
menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi
yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan
yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6
(mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan
masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh
proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya
menggunakan stimulus. Stimulus merupakan dasar untuk membuat
pertanyaan. Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat
kontekstual dan menarik. Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti
masalah teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Stimulus juga dapat diangkat dari
permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan
seperti budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang
terdapat di daerah tertentu. Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi
kualitas dan variasi stimulus yang digunakan dalam penulisan soal HOTS.
Bagaimana melatih siswa memiliki
keterampilan berfikir tingkat tinggi (HOTS)
Di Indonesia, proses pembelajaran yang
melatih siswa berpikir tingkat tinggi memiliki beberapa kendala. Salah satunya
adalah terlalu dominannya peran guru di sekolah sebagai penyebar ilmu atau
sumber ilmu (teacher center) belum student center; dan fokus pendidikan di
sekolah lebih pada yang bersifat menghafal/pengetahuan faktual. Siswa hanya dianggap
sebagai sebuah wadah yang akan diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala lain yang
sebenarnya sudah cukup klasik namun memang sulit dipecahkan, adalah sistem
penilaian prestasi siswa yang lebih banyak didasarkan melalui tes-tes yang
sifatnya menguji kemampuan kognitif tingkat rendah. Siswa yang dicap sebagai
siswa yang pintar atau sukses adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan
masalah lama yang sampai sekarang masih merupakan polemik yang cukup seru bagi
dunia pendidikan di Indonesia.
Diperlukan Higher Order Questions (rich
questions), pertanyaan yang meminta siswa untuk menyimpulkan, hypothesise,
menganalisis, menerapkan, mensintesis, mengevaluasi, membandingkan, kontras
atau membayangkan, menunjukkan jawaban tingkat tinggi.
Untuk menjawab Higher Order Questions
(rich questions) diperlukan penalaran tingkat tinggi yaitu cara berpikir logis
yang tinggi, berpikir logis yang tinggi sangat diperlukan siswa dalam proses
pembelajaran di kelas khususnya dalam menjawab pertanyaan, karena siswa perlu
menggunakan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang dimilikinya dan
menghubungkannya ke dalam situasi baru.
Soal-soal ulangan yang dibuat oleh guru perlu
memperhatikan beberapa hal:
- Soal hendaknya menggunakan stimulus, stimulus yang baik hendaknya menyajikan informasi yang jelas, padat, mengandung konsep/gagasan inti permasalahan, dan benar secara fakta.
- Soal yang dikembangkan harus sesuai dengan kondisi pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
- Soal mengukur keterampilan berpikir kritis
- Soal mengukur keterampilan pemecahan masalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
sudah mulai diterapkan di Indonesia sebenarnya cukup kondusif bagi pengembangan
pembelajaran keterampilan berpikir, karena mensyaratkan siswa sebagai pusat
belajar. Namun demikian, bentuk penilaian yang dilakukan terhadap kinerja siswa
masih cenderung mengikuti pola lama, yaitu model soal-soal pilihan ganda yang
lebih banyak memerlukan kemampuan siswa untuk menghafal. Prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan dalam penbelajaran keterampilan berpikir di sekolah
antara lain adalah sebagai berikut:
- Keterampilan berpikir tidak otomatis dimiliki siswa
- Keterampilan berpikir bukan merupakan hasil langsung dari pembelajaran suatu bidang studi
- Pada kenyataannya siswa jarang melakukan transfer sendiri keterampilan berpikir ini, sehingga perlu adanya latihan terbimbing
- Pembelajaran keterampilan berpikir memerlukan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered).
Selain beberapa prinsip di atas, satu hal
yang tidak kalah pentingnya dalam melatih keterampilan berpikir adalah perlunya
latihan-latihan yang intensif. Seperti halnya keterampilan yang lain,
dalam keterampilan berpikir siswa perlu mengulang untuk melatihnya walaupun
sebenarnya keterampilan ini sudah menjadi bagian dari cara berpikirnya. Latihan
rutin yang dilakukan siswa akan berdampak pada efisiensi dan otomatisasi
keterampilan berpikir yang telah dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran di
kelas, guru harus selalu menambahkan keterampilan berpikir yang baru dan
mengaplikasikannya dalam pelajaran lain sehingga jumlah atau macam keterampilan
berpikir siswa bertambah banyak.
Hasil penelitian Computer Tchnology
Research (CTR) menunjukkan bahwa seseorang hanya dapat mengingat apa yang
dilihatnya sebesar 20%, 30% dari yang didengarnya, 50% dari yang didengar dan
dilihatnya, dan 80% dari yang didengar, dilihat dan dikerjakannya secara
simultan. Selain itu Levie dan Levie dalam Azhar Arzad (2009: 9) yang membaca
kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan
stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual
membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat,
mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep.
Sedangkan stimulus verbal memberikan hasil belajar yang lebih baik apabila
pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan (sekuensial).
Dalam dunia pendidikan ada 3 model seorang
siswa dalam menerima suatu pelajaran;
- I hear and i forget ( Saya mendengar dan saya akan lupa )
- I see and i remember ( Saya meihat dan saya akan ingat )
- I do and i understand ( Saya melakukan dan saya akan mengerti )
Jika pengajaran keterampilan berpikir kepada
siswa belum sampai pada tahap siswa dapat mengerti dan belajar
menggunakannya, maka keterampilan berpikir tidak akan banyak bermanfaat.
Pembelajaran yang efektif dari suatu
keterampilan memiliki empat komponen, yaitu: identifikasi komponen-komponen
prosedural, instruksi dan pemodelan langsung, latihan terbimbing, dan latihan
bebas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran keterampilan berpikir adalah bahwa keterampilan tersebut harus
dilakukan melalui latihan yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif
anak. Tahapan tersebut adalah:
1. Identifikasi komponen-komponen procedural
Siswa diperkenalkan pada keterampilan dan
langkah-langkah khusus yang diperlukan dalam keterampilan tersebut. Ketika
mengajarkan keterampilan berpikir, siswa diperkenalkan pada kerangka berpikir
yang digunakan untuk menuntun pemikiran siswa.
2.
Instruksi dan pemodelan langsung
Selanjutnya, guru memberikan instruksi dan
pemodelan secara eksplisit, misalnya tentang kapan keterampilan tersebut dapat
digunakan. Instruksi dan pemodelan ini dimaksudkan supaya siswa memiliki
gambaran singkat tentang keterampilan yang sedang dipelajari, sehingga
instruksi dan pemodelan ini harus relatif ringkas.
3. Latihan terbimbing
Latihan terbimbing seringkali dianggap
sebagai instruksi bertingkat seperti sebuah tangga. Tujuan dari latihan
terbimbing adalah memberikan bantuan kepada anak agar nantinya bisa menggunakan
keterampilan tersebut secara mandiri. Dalam tahapan ini guru memegang kendali
atas kelas dan melakukan pengulangan-pengulangan.
4. Latihan bebas
Guru mendesain aktivitas sedemikian rupa
sehingga siswa dapat melatih keterampilannya secara mandiri, misalnya berupa
pekerjaan rumah. Jika ketiga langkah pertama telah diajarkan secara efektif,
maka diharapkan siswa akan mampu menyelesaikan tugas atau aktivitas ini 95% –
100%. Latihan mandiri tidak berarti sesuatu yang menantang, melainkan sesuatu
yang dapat melatih keterampilan yang telah diajarkan.
Ada 3 tipe seorang guru dalam mengajar;
- Guru biasa, yaitu yang selalu menjelaskan
- Guru baik, yaitu yang mampu mendemonstrasikan dan
- Guru hebat, adalah guru yang mampu menginspirasikan, yakni guru yang mampu membawa siswanya untuk berpikir tingkat tinggi.
Pelajaran yang diajarkan dengan cara
mengajak siswa untuk berfikir tingkat tinggi akan lebih cepat dimengerti oleh
siswa. Jadi untuk keberhasilan penguasaan suatu materi pelajaran atau yang
lain, usahakan dalam proses belajarnya selalu menggunakan cara-cara yang
membuat siswa untuk selalu berpikir tingkat tinggi.
Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS
Untuk menulis butir soal HOTS, penulis
soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan
materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu
sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan
ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku
pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan
penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan
kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi
daerah di sekitar satuan pendidikan. Berikut dipaparkan langkah-langkah
penyusunan soal-soal HOTS.
1. Menganalisis
KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang
dapat dibuatkan soal-soal HOTS.Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model
soal HOTS.Guru-guru secara mandiri atau melalui forum MGMP dapat melakukan
analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
2. Menyusun
kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan
soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam menulis butir
soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru
dalam: (a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soalHOTS, (b) memilih materi pokok
yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan (d)
menentukan level kognitif.
3. Memilih
stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik,
artinya mendorong peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik
umumnya baru, belum pernah dibaca oleh peserta didik. Sedangkan stimulus
kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan
sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca.Dalam konteks Ujian
Sekolah, guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah
setempat.
4. Menulis
butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan
kaidah penulisan butir soal HOTS.Kaidah penulisan butir soal HOTS,
agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya
terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif
sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format terlampir.
5. Membuat
pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis
hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban.Pedoman
penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk
bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan
isian singkat.
Peran Soal HOTS dalam Penilaian
Penilaian adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas
penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Penilaian hasil
belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses,kemajuan
belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Soal-soal HOTS bertujuan untuk mengukur
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dalam melakukan Penilaian, guru dapat
menyisipkan beberapa butir soal HOTS. Berikut dipaparkan beberapa peran
soal-soal HOTS dalam meningkatkan mutu Penilaian.
1. Mempersiapkan
kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21.
2. Memupuk
rasa cinta danpeduli terhadap kemajuan daerah.
3. Meningkatkan
motivasi belajar peserta didik
4. Meningkatkan
mutu Penilaian
Implementasi Penyusunan Soal HOTS
Penyusunan soal-soal HOTS di
tingkat satuan pendidikan dapat diimplementasikan dalam bentuk kegiatan sebagai
berikut.
1. Kepala
sekolah memberikan arahan teknis kepada guru-guru/MGMP sekolah tentang strategi
penyusunan soal-soal HOTS yang mencakup:
- Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS;
- Menyusunkisi-kisi soal HOTS;
- Menulisbutir soalHOTS;
- Membuat pedoman penilaianHOTS;
- Menelaah dan memperbaiki butir soal HOT;
- Menggunakan beberapa soal HOTS dalam Penilaian.
2. Wakasek kurikulum dan Tim Pengembang Kurikulum
Sekolah menyusun rencana kegiatan untuk masing-masing MGMP sekolah yang memuat
antara lain uraian kegiatan, sasaran/hasil, pelaksana, jadwal pelaksanaan
kegiatan.Kepala sekolah menetapkan dan menandatangani rencana kegiatan dan
rambu-rambu tentang penyusunan soal-soal HOTS
3.
Kepala sekolah menugaskan guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai
rencana kegiatan;
4. Guru/MGMP
sekolah melaksanakan kegiatan sesuai penugasan darikepala sekolah;
5. Kepala
sekolah dan wakasek kurikulum melakukan evaluasi terhadap hasil penugasan
kepada guru/MGMP sekolah;
6. Kepala
sekolah mengadministrasikan hasil kerja penugasan guru/MGMP sekolah, sebagai
bukti fisik kegiatan penyusunan soal-soal HOTS.
Permasalahannya yaitu :
Berikan pendapat saudara/i mengenai HOTS yang saudara pahami?
Bagaimna cara/ teknik apa yg dapat dilakulan agar dapat memunculkan HOTS pada
siswa khususnya pad materi kimia?
Menurut anda bagaimana cara yg efektif untuk kita menilai
keterampilan HOTS siswa?
HOTS adalah tujuan akhir yang dicapai melalui pendekatan, proses dan metode pembelajaran. Kekeliruan memahami konsep HOTS akan berdampak pada kesalahan model pembelajaran yang makin tidak efektif dan tidak produktif.
BalasHapusBila proses pembelajaran dirancang untuk mencapai tingkatan berpikir tingkat tinggi, maka tujuan belajarnya bisa mengadopsi kata-kata kerja yang direkomendasikan dalam konsep Taksonomi Bloom. Kata kerja yang digunakan, menentukan proses pembelajaran yang akan dijalani siswa.
saya sependapat dengan kk rahmah bahwasannya kekeliruan memahami konsep HOTS akan berdampak pada kesalahan model pembelajaran yang makin tidak efektif dan tidak produktif.Bila proses pembelajaran dirancang untuk mencapai tingkatan berpikir tingkat tinggi, maka tujuan belajarnya bisa mengadopsi kata-kata kerja yang direkomendasikan dalam konsep Taksonomi Bloom.
HapusMenanggapi permasalahan kedua yaitu bagaimana cara yg efektif untuk menilai keterampilan HOTS siswa?
BalasHapuscara efektifnya adalah dengan menyusun indikator soal secara jelas (rinci tahapan berfikitnya) dan terstruktur serta memberikan poin nilai untuk tiap langkah pemikiran/jawaban siswa agar mudah untuk menghitung total skor nya.
saya sependapat dengan kak nelly, untuk memberikan penilaian yang efektif yakni dengan car menyusun rubrik penilaian yang sesuai dengan indikator yang dinilai dan juga memberikan point pada setiap aspek penilaian. tidak lupa untuk menilai HOTS ini pada keetiga aspek penilaian, baik itu psikomotor, afektif dan kognitif.
Hapussaya setuju dengan kak nelli dan ingin menambahkan, cara memunculkan nya bisa dengan mengkaitkan pembelajaran kimia dalam kehidupan sehari-hari.
BalasHapussaya akan mencoba menjawab pertanyaan sugeng, bagaimana cara yg efektif untuk kita menilai keterampilan HOTS siswa?
BalasHapusmenurut saya keterampilan HOTS dapat efektif dilakukan jika dilakukan melalui tes aspek kognitif bisa dengan tes uraian/essay atau bisa juga dengan afektif dengan lembar observasi. nah agar tujuan penilaian tercapai dan hasil yang didapatkan optimal maka guru harus merancang format penilaian yang benar-benar matang dan sesuai dengan karakter materi serta karakter siswa.
saya setuju dengan pendapat Rini bahwa memang pola penilaian yang efektif untuk HOTS adalah dengan tes uraian/essay karena dengan melihat jawaban siswa dari penjelasan soal maka kita bisa memahami pola berpikir dan aspke-aspek HOTS yang muncul.
HapusMenurut anda bagaimana cara yg efektif untuk kita menilai keterampilan HOTS siswa? dengan membuat instrumen yang diwujudkan dalam bentuk essay
BalasHapusHOTS yang saya pahami adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi dimana dalam taksonomi bloom dimulai dari C4 (Analisis) sampai ke C6 (Evaluasi). Dimana soal-soal nya tidak berupa pemindahan teori buku saja (hafalan) namun berupa analisis. Seperti dalam soal diberi dua gambar dan siswa disuruh menganalisis. Nah itu merupakan HOTS dalam pengertian saya
BalasHapusmenurut saya keterampilan HOTS dapat efektif dilakukan jika dilakukan melalui tes aspek kognitif bisa dengan tes uraian/essay atau bisa juga dengan afektif dengan lembar observasi. nah agar tujuan penilaian tercapai dan hasil yang didapatkan optimal maka guru harus merancang format penilaian yang benar-benar matang dan sesuai dengan karakter materi serta karakter siswa.
BalasHapusuntuk menjawab permasalahan mengenai bagaimana cara yg efektif untuk kita menilai keterampilan HOTS siswa?, menurut saya ini penilaian harus lah dilakukan dalam 3 aspek kemampuan yaitu kognitif, psikomotor dan afektif.
BalasHapusuntuk menilai HOTS pada ketiga aspek denagn efektif guru dapat melakukannya dengan melakukan penialian proyek dan menerapkan pembelajran berbasis proyek dimana siswa diminta untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu. permaslahan dapat berupa seperti pencemaran lingkunag atau pengolahan limbah yang membutuhkan penyelesaian dan inovasi produk dari siswa. dari sini bukan hanyak kognitif siswa saja yang dapat dinilai melainkan psikomotor dan afektif juga tentu akan dapat dinilai.
Setuju dengan pendapat kk fira bahwa untuk menilai HOTS ini dilakuka dalam 3 aspek. Kognitif afektif dan paikomotor. Untuk kognitif bisa digunakan berupa bntuk sola tess essay. Utk afektif bisaa dengan cara penilaian diri. Penilain antar teman dan jurnal. Untuk paikomotor yaitu penilain keterampilan siswa dlaam belajar. Dengan menggunakan lembar observasi
BalasHapusaspek-aspek yang perlu diperhatikan guru/pendidik untuk menerapkan HOTS dalam pembelajaran kimia adalah karakteristik dari HOTS.
BalasHapuskarakteristik dari HOTS sebagai berikut:
1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, meminimalkan aspek ingatan atau pengetahuan. Ciri-ciri berpikir tingkat tinggi seperti menemukan, menganalisis, menciptakan metode baru, mereflksi, memprediksi, berargumen, mengambil keputusan yang tepat;
2. Berbasis permasalahan kontekstual;
3. Menggunakan bentuk soal beragam.