Minggu, 17 Februari 2019

MATERI 3. How To Assess Higher Order Thinking Skills In Your Chemistry Class

Definisi Keterampilan Berfikir
Keterampilan berpikir dapat didefinisikan sebagai proses kognitif yang dipecah-pecah ke dalam langkah-langkah nyata yang kemudian digunakan sebagai pedoman berpikir. Satu contoh keterampilan berpikir adalah menarik kesimpulan (inferring), yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk (clue) dan fakta atau informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat suatu prediksi hasil akhir yang terumuskan. Untuk mengajarkan keterampilan berpikir menarik kesimpulan tersebut, pertama-tama proses kognitif inferring harus dipecah ke dalam langkah-langkah sebagai berikut: (a) mengidentifikasi pertanyaan atau fokus kesimpulan yang akan dibuat, (b) mengidentifikasi fakta yang diketahui, (c) mengidentifikasi pengetahuan yang relevan yang telah diketahui sebelumnya, dan (d) membuat perumusan prediksi hasil akhir.
Berpikir tingkat tinggi adalah operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada proses-proses berpikir yang terjadi dalam short-term memoryBerpikir kompleks Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik. Lawan dari berpikir kritis adalah berpikir kreatif, yaitu jenis berpikir divergen, yang bersifat menyebar dari suatu titik. adalah proses kognitif yang melibatkan banyak tahapan atau bagian-bagian.
Kemampuan berpikir merupakan proses keterampilan yang bisa dilatihkan, Artinya dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kondunsif  akan merangsang siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir. Oleh karena itu maka guru diharapkan untuk mencari metode dan strategi pembelajaran yang dampaknya dapat menigkatkan kemampuan berpikir siswa.
Terdapat tiga istilah yang berkaitan dengan keterampilan berpikir, yang sebenarnya cukup berbeda; yaitu berpikir tingkat tinggi (higher order thinking), berpikir kompleks (complex thinking), dan berpikir kritis (critical thinking).
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill)
Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau dikenal dengan istilah Higher Order Thingking Skills (HOTS) pada Taksonomi Bloom, merupakan urutan tingkatan berpikir (kognitif) dari tingkat rendah ke tinggi. Pada ranah kognitifnya, HOTS berada pada level analisis, sintesis dan evaluasi. HOTS pertama kali dimunculkan pada tahun 1990 dan direvisi tahun 1990 agar lebih relevan digunakan oleh dunia pendidikan abad ke-21.
HOTS versi lama berupa kata benda yaitu: Pengetahuan, Pemahaman, Terapan, Analisis, Sintesis, Evaluasi. Sedangkan HOTS setelah direvisi menjadi kata kerja: Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta. HOTS (Higher Order Thinking Skill) adalah Kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat, menyatakan kembali, atau merujuk tanpa melakukan pengolahan. Adapun karakteristik dari HOTS sebagai berikut:
  1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, meminimalkan aspek ingatan atau pengetahuan. Ciri-ciri berpikir tingkat tinggi seperti menemukan, menganalisis, menciptakan metode baru, mereflksi, memprediksi, berargumen, mengambil keputusan yang tepat.
  2. Berbasis permasalahan kontekstual.
  3. Menggunakan bentuk soal beragam.

Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitukemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus. Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik. Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan seperti budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah tertentu. Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang digunakan dalam penulisan soal HOTS.
Bagaimana melatih siswa  memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi (HOTS)
Di Indonesia, proses pembelajaran yang melatih siswa berpikir tingkat tinggi memiliki beberapa kendala. Salah satunya adalah terlalu dominannya peran guru di sekolah sebagai penyebar ilmu atau sumber ilmu (teacher center) belum student center; dan fokus pendidikan di sekolah lebih pada yang bersifat menghafal/pengetahuan faktual. Siswa hanya dianggap sebagai sebuah wadah yang akan diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala lain yang sebenarnya sudah cukup klasik namun memang sulit dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi siswa yang lebih banyak didasarkan melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan kognitif tingkat rendah. Siswa yang dicap sebagai siswa yang pintar atau sukses adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan masalah lama yang sampai sekarang masih merupakan polemik yang cukup seru bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Diperlukan Higher Order Questions (rich questions), pertanyaan yang meminta siswa untuk menyimpulkan, hypothesise, menganalisis, menerapkan, mensintesis, mengevaluasi, membandingkan, kontras atau membayangkan,  menunjukkan jawaban tingkat tinggi.
Untuk menjawab Higher Order Questions (rich questions) diperlukan penalaran tingkat tinggi yaitu cara berpikir logis yang tinggi, berpikir logis yang tinggi sangat diperlukan siswa dalam proses pembelajaran di kelas khususnya dalam menjawab pertanyaan, karena siswa perlu menggunakan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang dimilikinya dan menghubungkannya ke dalam situasi baru.
Soal-soal ulangan yang dibuat oleh guru perlu memperhatikan beberapa hal:
  1. Soal hendaknya menggunakan stimulus, stimulus yang baik hendaknya menyajikan informasi yang jelas, padat, mengandung konsep/gagasan inti permasalahan, dan benar secara fakta.
  2. Soal yang dikembangkan harus sesuai dengan kondisi pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
  3. Soal mengukur keterampilan berpikir kritis
  4. Soal mengukur keterampilan pemecahan masalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah mulai diterapkan di Indonesia sebenarnya cukup kondusif bagi pengembangan pembelajaran keterampilan berpikir, karena mensyaratkan siswa sebagai pusat belajar. Namun demikian, bentuk penilaian yang dilakukan terhadap kinerja siswa masih cenderung mengikuti pola lama, yaitu model soal-soal pilihan ganda yang lebih banyak memerlukan kemampuan siswa untuk menghafal. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penbelajaran keterampilan berpikir di sekolah antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Keterampilan berpikir tidak otomatis dimiliki siswa
  2. Keterampilan berpikir bukan merupakan hasil langsung dari pembelajaran suatu bidang studi
  3. Pada kenyataannya siswa jarang melakukan transfer sendiri keterampilan berpikir ini, sehingga perlu adanya latihan terbimbing
  4. Pembelajaran keterampilan berpikir memerlukan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered).

Selain beberapa prinsip di atas, satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam melatih keterampilan berpikir adalah perlunya latihan-latihan yang intensif. Seperti halnya keterampilan yang lain, dalam keterampilan berpikir siswa perlu mengulang untuk melatihnya walaupun sebenarnya keterampilan ini sudah menjadi bagian dari cara berpikirnya. Latihan rutin yang dilakukan siswa akan berdampak pada efisiensi dan otomatisasi keterampilan berpikir yang telah dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran di kelas, guru harus selalu menambahkan keterampilan berpikir yang baru dan mengaplikasikannya dalam pelajaran lain sehingga jumlah atau macam keterampilan berpikir siswa bertambah banyak.
Hasil penelitian Computer Tchnology Research (CTR) menunjukkan bahwa seseorang hanya dapat mengingat apa yang dilihatnya sebesar 20%, 30% dari yang didengarnya, 50% dari yang didengar dan dilihatnya, dan 80% dari yang didengar, dilihat dan dikerjakannya secara simultan. Selain itu Levie dan Levie dalam Azhar Arzad (2009: 9) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Sedangkan stimulus verbal memberikan hasil belajar yang lebih baik apabila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan (sekuensial).
Dalam dunia pendidikan ada 3 model seorang siswa dalam menerima suatu pelajaran;
  1. I hear and i forget ( Saya mendengar dan saya akan lupa )
  2. I see and i remember ( Saya meihat dan saya akan ingat )
  3. I do and i understand ( Saya melakukan dan saya akan mengerti )

Jika pengajaran keterampilan berpikir kepada siswa belum sampai pada tahap siswa dapat mengerti dan belajar menggunakannya, maka keterampilan berpikir tidak akan banyak bermanfaat.
Pembelajaran yang efektif dari suatu keterampilan memiliki empat komponen, yaitu: identifikasi komponen-komponen prosedural, instruksi dan pemodelan langsung, latihan terbimbing, dan latihan bebas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran keterampilan berpikir adalah bahwa keterampilan tersebut harus dilakukan melalui latihan yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak. Tahapan tersebut adalah:
1.  Identifikasi komponen-komponen procedural
Siswa diperkenalkan pada keterampilan dan langkah-langkah khusus yang diperlukan dalam keterampilan tersebut. Ketika mengajarkan keterampilan berpikir, siswa diperkenalkan pada kerangka berpikir yang digunakan untuk menuntun pemikiran siswa.
2. Instruksi dan pemodelan langsung
Selanjutnya, guru memberikan instruksi dan pemodelan secara eksplisit, misalnya tentang kapan keterampilan tersebut dapat digunakan. Instruksi dan pemodelan ini dimaksudkan supaya siswa memiliki gambaran singkat tentang keterampilan yang sedang dipelajari, sehingga instruksi dan pemodelan ini harus relatif ringkas.
3. Latihan terbimbing
Latihan terbimbing seringkali dianggap sebagai instruksi bertingkat seperti sebuah tangga. Tujuan dari latihan terbimbing adalah memberikan bantuan kepada anak agar nantinya bisa menggunakan keterampilan tersebut secara mandiri. Dalam tahapan ini guru memegang kendali atas kelas dan melakukan pengulangan-pengulangan.
4. Latihan bebas
Guru mendesain aktivitas sedemikian rupa sehingga siswa dapat melatih keterampilannya secara mandiri, misalnya berupa pekerjaan rumah. Jika ketiga langkah pertama telah diajarkan secara efektif, maka diharapkan siswa akan mampu menyelesaikan tugas atau aktivitas ini 95% – 100%. Latihan mandiri tidak berarti sesuatu yang menantang, melainkan sesuatu yang dapat melatih keterampilan yang telah diajarkan.
Ada 3 tipe seorang guru dalam mengajar;
  1. Guru biasa, yaitu yang selalu menjelaskan
  2. Guru baik, yaitu yang mampu mendemonstrasikan dan
  3. Guru hebat, adalah guru yang mampu menginspirasikan, yakni guru yang mampu membawa siswanya untuk berpikir tingkat tinggi.

Pelajaran yang diajarkan dengan cara mengajak siswa untuk berfikir tingkat tinggi akan lebih cepat dimengerti oleh siswa. Jadi untuk keberhasilan penguasaan suatu materi pelajaran atau yang lain, usahakan dalam proses belajarnya selalu menggunakan cara-cara yang membuat siswa untuk selalu berpikir tingkat tinggi.
Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS
Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan. Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS.
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS.Guru-guru secara mandiri atau melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
2. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam: (a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soalHOTS, (b) memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca oleh peserta didik. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS.Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format terlampir.
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.

Peran Soal HOTS dalam Penilaian     
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses,kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Soal-soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dalam melakukan Penilaian, guru dapat menyisipkan beberapa butir soal HOTS. Berikut dipaparkan beberapa peran soal-soal HOTS dalam meningkatkan mutu Penilaian.
1.      Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21.
2.      Memupuk rasa cinta danpeduli terhadap kemajuan daerah.
3.      Meningkatkan motivasi belajar peserta didik
4.      Meningkatkan mutu Penilaian

Implementasi Penyusunan Soal HOTS
Penyusunan soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan dapat diimplementasikan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut.
1. Kepala sekolah memberikan arahan teknis kepada guru-guru/MGMP sekolah tentang strategi penyusunan soal-soal HOTS yang mencakup:
  • Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS;
  • Menyusunkisi-kisi soal HOTS;
  • Menulisbutir soalHOTS;
  • Membuat pedoman penilaianHOTS;
  • Menelaah dan memperbaiki butir soal HOT;
  • Menggunakan beberapa soal HOTS dalam Penilaian.

2. Wakasek kurikulum dan Tim Pengembang Kurikulum Sekolah menyusun rencana kegiatan untuk masing-masing MGMP sekolah yang memuat antara lain uraian kegiatan, sasaran/hasil, pelaksana, jadwal pelaksanaan kegiatan.Kepala sekolah menetapkan dan menandatangani rencana kegiatan dan rambu-rambu tentang penyusunan soal-soal HOTS
3. Kepala sekolah menugaskan guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai rencana kegiatan;
4. Guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai penugasan darikepala sekolah;
5. Kepala sekolah dan wakasek kurikulum melakukan evaluasi terhadap hasil penugasan kepada guru/MGMP sekolah;
6. Kepala sekolah mengadministrasikan hasil kerja penugasan guru/MGMP sekolah, sebagai bukti fisik kegiatan penyusunan soal-soal HOTS.

Permasalahannya yaitu :
Berikan pendapat saudara/i mengenai HOTS yang saudara pahami? Bagaimna cara/ teknik apa yg dapat dilakulan agar dapat memunculkan HOTS pada siswa khususnya pad materi kimia? 

Menurut anda bagaimana cara yg efektif untuk kita menilai keterampilan HOTS siswa?

13 komentar:

  1. HOTS adalah tujuan akhir yang dicapai melalui pendekatan, proses dan metode pembelajaran. Kekeliruan memahami konsep HOTS akan berdampak pada kesalahan model pembelajaran yang makin tidak efektif dan tidak produktif.

    Bila proses pembelajaran dirancang untuk mencapai tingkatan berpikir tingkat tinggi, maka tujuan belajarnya bisa mengadopsi kata-kata kerja yang direkomendasikan dalam konsep Taksonomi Bloom. Kata kerja yang digunakan, menentukan proses pembelajaran yang akan dijalani siswa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan kk rahmah bahwasannya kekeliruan memahami konsep HOTS akan berdampak pada kesalahan model pembelajaran yang makin tidak efektif dan tidak produktif.Bila proses pembelajaran dirancang untuk mencapai tingkatan berpikir tingkat tinggi, maka tujuan belajarnya bisa mengadopsi kata-kata kerja yang direkomendasikan dalam konsep Taksonomi Bloom.

      Hapus
  2. Menanggapi permasalahan kedua yaitu bagaimana cara yg efektif untuk menilai keterampilan HOTS siswa?
    cara efektifnya adalah dengan menyusun indikator soal secara jelas (rinci tahapan berfikitnya) dan terstruktur serta memberikan poin nilai untuk tiap langkah pemikiran/jawaban siswa agar mudah untuk menghitung total skor nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan kak nelly, untuk memberikan penilaian yang efektif yakni dengan car menyusun rubrik penilaian yang sesuai dengan indikator yang dinilai dan juga memberikan point pada setiap aspek penilaian. tidak lupa untuk menilai HOTS ini pada keetiga aspek penilaian, baik itu psikomotor, afektif dan kognitif.

      Hapus
  3. saya setuju dengan kak nelli dan ingin menambahkan, cara memunculkan nya bisa dengan mengkaitkan pembelajaran kimia dalam kehidupan sehari-hari.

    BalasHapus
  4. saya akan mencoba menjawab pertanyaan sugeng, bagaimana cara yg efektif untuk kita menilai keterampilan HOTS siswa?

    menurut saya keterampilan HOTS dapat efektif dilakukan jika dilakukan melalui tes aspek kognitif bisa dengan tes uraian/essay atau bisa juga dengan afektif dengan lembar observasi. nah agar tujuan penilaian tercapai dan hasil yang didapatkan optimal maka guru harus merancang format penilaian yang benar-benar matang dan sesuai dengan karakter materi serta karakter siswa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat Rini bahwa memang pola penilaian yang efektif untuk HOTS adalah dengan tes uraian/essay karena dengan melihat jawaban siswa dari penjelasan soal maka kita bisa memahami pola berpikir dan aspke-aspek HOTS yang muncul.

      Hapus
  5. Menurut anda bagaimana cara yg efektif untuk kita menilai keterampilan HOTS siswa? dengan membuat instrumen yang diwujudkan dalam bentuk essay

    BalasHapus
  6. HOTS yang saya pahami adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi dimana dalam taksonomi bloom dimulai dari C4 (Analisis) sampai ke C6 (Evaluasi). Dimana soal-soal nya tidak berupa pemindahan teori buku saja (hafalan) namun berupa analisis. Seperti dalam soal diberi dua gambar dan siswa disuruh menganalisis. Nah itu merupakan HOTS dalam pengertian saya

    BalasHapus
  7. menurut saya keterampilan HOTS dapat efektif dilakukan jika dilakukan melalui tes aspek kognitif bisa dengan tes uraian/essay atau bisa juga dengan afektif dengan lembar observasi. nah agar tujuan penilaian tercapai dan hasil yang didapatkan optimal maka guru harus merancang format penilaian yang benar-benar matang dan sesuai dengan karakter materi serta karakter siswa.

    BalasHapus
  8. untuk menjawab permasalahan mengenai bagaimana cara yg efektif untuk kita menilai keterampilan HOTS siswa?, menurut saya ini penilaian harus lah dilakukan dalam 3 aspek kemampuan yaitu kognitif, psikomotor dan afektif.
    untuk menilai HOTS pada ketiga aspek denagn efektif guru dapat melakukannya dengan melakukan penialian proyek dan menerapkan pembelajran berbasis proyek dimana siswa diminta untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu. permaslahan dapat berupa seperti pencemaran lingkunag atau pengolahan limbah yang membutuhkan penyelesaian dan inovasi produk dari siswa. dari sini bukan hanyak kognitif siswa saja yang dapat dinilai melainkan psikomotor dan afektif juga tentu akan dapat dinilai.

    BalasHapus
  9. Setuju dengan pendapat kk fira bahwa untuk menilai HOTS ini dilakuka dalam 3 aspek. Kognitif afektif dan paikomotor. Untuk kognitif bisa digunakan berupa bntuk sola tess essay. Utk afektif bisaa dengan cara penilaian diri. Penilain antar teman dan jurnal. Untuk paikomotor yaitu penilain keterampilan siswa dlaam belajar. Dengan menggunakan lembar observasi

    BalasHapus
  10. aspek-aspek yang perlu diperhatikan guru/pendidik untuk menerapkan HOTS dalam pembelajaran kimia adalah karakteristik dari HOTS.
    karakteristik dari HOTS sebagai berikut:
    1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, meminimalkan aspek ingatan atau pengetahuan. Ciri-ciri berpikir tingkat tinggi seperti menemukan, menganalisis, menciptakan metode baru, mereflksi, memprediksi, berargumen, mengambil keputusan yang tepat;
    2. Berbasis permasalahan kontekstual;
    3. Menggunakan bentuk soal beragam.

    BalasHapus

Materi 7. Penyusunan Rubrik Penilaian Kreativitas (Berpikir Kreatif) dalam Kimia

Definisi Kreativitas Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam su...