Selasa, 27 November 2018

Materi 12. Persentasi Inovasi Sintaks Model Pembelajaran PBL dan Dampaknya terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

Definisi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki kemampuan untuk berpikir kritis. PBL merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga pembelajar tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut.
Langkah-Langkah Model PBL
Pemecahan masalah dalam Model PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan (Sudjana, 2005), yaitu:
  1. Mengidentifikasi masalah
  2. Mengumpulkan data
  3. Menganalisis data
  4. Memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya
  5. Memilih cara untuk memecahkan masalah
  6. Merencanakan penerapan pemecahan masalah
  7. Melakukan uji coba terhadap rencana yang ditetapkan
  8. Melakukan tindakan untuk memecahkan masalah
Sintak/Langkah model PBL secara umum
Fase 1: Orientasi siswa terhadap masalah autentik
Fase 2: Mengorganisasi siswa dalam belajar
Fase 3: Membantu siswa secara individual atau kelompok dalam melaksanakan penelitian
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Fase 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
Karakteristik Berpikir Kritis 
Menurut Seifert dan Hoffnung (dalam Desmita, 2010:154), terdapat empat komponen berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:
  1. Basic operations of reasoning. Untuk berpikir secara kritis, seseorang memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menggeneralisasi, menarik kesimpulan deduktif dan merumuskan langkah-langkah logis lainnya secara mental. 
  2. Domain-specific knowledge. Dalam menghadapi suatu problem, seseorang harus mengetahui tentang topik atau kontennya. Untuk memecahkan suatu konflik pribadi, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang person dan dengan siapa yang memiliki konflik tersebut. 
  3. Metakognitive knowledge. Pemikiran kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika ia mencoba untuk benar-benar memahami suatu ide, menyadari kapan ia memerlukan informasi baru dan mereka-reka bagaimana ia dapat dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi tersebut. 
  4. Values, beliefs and dispositions. Berpikir secara kritis berarti melakukan penilaian secara fair dan objektif. Ini berarti ada semacam keyakinan diri bahwa pemikiran benar-benar mengarah pada solusi. Ini juga berarti ada semacam disposisi yang persisten dan reflektif ketika berpikir.
Sedangkan menurut Beyer (dalam Surya, 2011:137), terdapat delapan karakteristik dalam kemampuan berpikir kritis, yaitu:
  1. Watak (dispositions). Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis (tidak mudah percaya), sangat terbuka, menghargai kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik. 
  2. Kriteria (criteria). Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang. 
  3. Argumen (argument). Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Namun, secara umum argumen dapat diartikan sebagai alasan yang dapat dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen. 
  4. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning). Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
  5. Sudut pandang (point of view). Sudut pandang adalah cara memandang atau landasan yang digunakan untuk menafsirkan sesuatu dan yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang atau menafsirkan sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda. 
  6. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria). Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan masalah, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengindentifikasikan asumsi atau perkiraan-perkiraan.
Indikator Berpikir Kritis 
Menurut Ennis (dalam Maftukhin, 2013:24), terdapat lima kelompok indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:
  1. Klarifikasi Dasar (Elementary Clarification). Klarifikasi dasar terbagi menjadi tiga indikator yaitu (1) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, (2) Menganalisis argumen, dan (3) Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan atau pertanyaan yang menantang. 
  2. Memberikan Alasan untuk Suatu Keputusan (The Basis for The Decision). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan (2) Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 
  3. Menyimpulkan (Inference). Tahap menyimpulkan terdiri dari tiga indikator (1) Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (2) Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan (3) Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan. 
  4. Klarifikasi Lebih Lanjut (Advanced Clarification). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) Mengidentifikasikan istilah dan mempertimbangkan definisi dan (2) Mengacu pada asumsi yang tidak dinyatakan.
  5. Dugaan dan Keterpaduan (Supposition and Integration). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator (1) Mempertimbangkan dan memikirkan secara logis premis, alasan, asumsi, posisi, dan usulan lain yang tidak disetujui oleh mereka atau yang membuat mereka merasa ragu-ragu tanpa membuat ketidaksepakatan atau keraguan itu mengganggu pikiran mereka, dan (2) Menggabungkan kemampuan-kemampuan lain dan disposisi-disposisi dalam membuat dan mempertahankan sebuah keputusan.
Sedangkan menurut Fisher (dalam Rahmawati, 2011:8), indikator kemampuan berpikir kritis antara lain adalah sebagai berikut:
  • Mengidentifikasi unsur-unsur dalam kasus beralasan, terutama alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan.
  • Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi.
  • Memperjelas dan menginterpretasikan pernyataan-pernyataan dan ide-ide.
  • Mengadili penerimaan, terutama kredibilitas, dan klaim-klaim.
  • Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya.
  • Menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan penjelasan-penjelasan.
  • Menganalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan-keputusan.
  • Menyimpulkan.
  • Menghasilkan argumen-argumen.
Sintak Inovasi Yang Dibuat :
Materi              : Bentuk Molekul
Model              Problem Based Learning (PBL)
Pertemuan       : 1
Model Konvensional (Model PBL)
Inovasi Sintaks Model PBL
Dampak Berpikir Kritis
Orientasi masalah
Orientasi masalah
Guru menginfomasikan tujuan pembelajaran 
Guru menginfomasikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai

Mengarahkan siswa membentuk kelompok dengan mengkondisikan setiap kemampuan dan karakter siswa sebaik mungkin (merata)
[Mengatur strategi dan taktik]
Berinteraksi dengan orang lain

Membagikan e-LKPD bentuk molekul kepada masing-masing Individu

Guru mengarahkan kepada pertanyaan atau masalah
Guru mengarahkan kepada pertanyaan yang menjadi permasalahan yang terdapat pada e-LKPD (ctt. e-LKPD di desain/dibuat berdasarkan keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis)
[Memberikan penjelasan sederhana]
Mengidentifikasi pertanyaan untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin
Guru mengarahkan siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan oleh guru
Guru mengarahkan siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau yang terdapat pada e-LKPD
[Memberikan penjelasan sederhana]
Mengidentifikasi pertanyaan
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan pertukaran ide yang terbuka 
Guru menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan pertukaran ide yang terbuka
[Mengatur strategi dan taktik]
Berinteraksi dengan orang lain
[Memberikan penjelasan sederhana]
Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang
Guru mengarahkan siswa untuk merespon masalah yang diberikan oleh guru dengan mengekspresikan ide – ide yang terbuka
Guru mendorong siswa untuk membaca literatur atu teori pendukung (buku cetak, Internet dan lain sebagainya)

[Membagun keterampilan dasar]
Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
Guru mendorong siswa untuk membaca literatur atau teori pendukung
Guru mengarahkan siswa untuk merespon masalah yang diberikan oleh guru dengan mengekspresikan ide – ide yang terbuka
[Memberikan penjelasan sederhana]
Mengidentifikasi kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin
Guru membantu siswa merumuskan hipotesis
Guru bersama siswa menyeleksi ide-ide yang dianggap dapat mendukung pemecahan masalah dalam pembelajaran bentuk molekul
[Mengatur strategi dan taktik]
-   Menyeleksi kriteria untuk membuat solusi
-   Merumuskan alternatif yang memungkinkan
-   Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan secara alternatif
Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok
Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

Guru mengarahkan siswa untuk merancang percobaan
Guru mengarahkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang terdapat pada e-LKPD
[Mengatur Inferensi]
Menyeimbangkan, menimbang, dan memutuskan
Guru mendorong siswa bekerjasama dalam melakukan percobaan
Mengarahkan siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kelompok masing-masing
[Mengatur strategi dan taktik]
Berinteraksi dengan orang lain
Guru mengarahkan siswa menggunakan alat dan bahan yang sesuai dengan LKS


Guru mengarahkan siswa mengamati percobaan dengan teliti
Guru mengarahkan siswa mengamati berbagai bentuk molekul pada e-LKPD
[Mengatur keterampilan dasar]
Kebiasaan berhati-hati
Guru mengarahkan siswa mencatat hasil pengamatan
Guru mengarahkan siswa mencatat hasil pengamatan dan dihubungkan dengan permasalahan pada e-LKPD
[Mengatur keterampilan dasar]
-    Dilaporkan oleh pengamat sendiri
-    Mencatat hal-hal yang diinginkan
Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja
Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok
Guru mengarahkan siswa mengidentifi-kasi data yang diperoleh
Guru mengarahkan siswa mengidentifi-kasi data yang diperoleh dari literatur berupa teori
[Mengatur strategi dan taktik]
Berinteraksi dengan orang lain
Guru membantu siswa menghubung-kan data yang diperoleh dengan teori yang ada
Guru membantu siswa menghubung-kan data yang diperoleh dengan penyelesain permasalahan yang ada
[Mengatur keterampilan dasar]
-   Dilaporkan oleh pengamat sendiri
-   Mencatat hal-hal yang diinginkan
Guru membantu siswa mengerjakan LKS
Guru membimbing siswa mengerjakan e-LKPD
[Mengatur strategi dan taktik]
Berinteraksi dengan orang lain
[Mengatur keterampilan dasar]
Mencatat hal-hal yang diinginkan

Pemodelan (Modelling)


Guru mengarahkan siswa menggunakan alat dan bahan yang sesuai dengan e-LKPD
[Mengatur keterampilan dasar]
Menggunakan prosedur yang ada

Guru mengarahkan siswa untuk merancang percobaan dan bekerjasama dalam melakukan percobaan
[Mengatur Inferensi]
Menyeimbangkan, menimbang, dan memutuskan

Mengarahkan siswa untuk membuat pemodelan atau reflika bentuk molekul seperti video pada e-LKPD yang telah ditampilkan sebelumnya, sesuai dengan permasalahan yang diberikan menggunakan Molimod/ plestisin dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan
Menurut Fisher
“keterampilan mengana-lisis, mengevaluasi, dan menghasilkan
Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Menganalisis hasil pemecahan masalah

Guru mempersilahkan siswa menyajikan hasil pengamatan
Guru mempersilahkan siswa menyajikan hasil pengamatan
[Mengatur strategi dan taktik]
Presentasi solusi, lisan atau tulisan
Bertanya (questioning)


Mendorong siswa mengajukan pertanyaan terkait materi yang belum dimengerti siswa
[Klarifikasi Dasar (Elementary Clarification)]
Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan atau pertanyaan yang menantang

Mendorong siswa lain untuk menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh temannya
[Klarifikasi Dasar (Elementary Clarification)]
Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan atau pertanyaan yang menantang
Mengevaluasi hasil pemecahan masalah

Guru membantu siswa menyimpulkan hasil pemecahan masalah  dengan benar dan didukung literatur
Guru membantu siswa menyimpulkan hasil pemecahan masalah  dengan benar dan didukung literatur
[Mengatur strategi dan taktik]
Presentasi solusi, lisan atau tulisan
[Mengatur Inferensi]
Membuat kesimpulan
[Mengatur keterampilan dasar]
Terlibat dalam menyimpulkan
Guru memberikan kesimpulan atas pemecahan masalah yang didapat
Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan penguatan darinya terhadap kesimpulan materi yang telah dipelajari
[Mengatur keterampilan dasar]
-    Mencatat hal-hal yang diinginkan
-    Penguatan dan kemungkinan penguatan
Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan penguatan darinya terhadap kesimpulan materi yang telah dipelajari
Memberikan tes akhir atau posttest dari materi yang telah Bentuk Molekul
Menurut Fisher “Menga-nalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan-keputusan
yok silahkan di comment, berikan pendapat temen-temen.

Apakah tabel tersebut sudah dapat dikatakan inovasi yang dpat menimbulkan sikap kritis atau hanya sekedar memindah sintak yang sudah ada?
Inovasi seperti apa lagi yang dapat di tambahkan kedalam materi bentuk molekul agar menjadi lebih epektif dalam proses keterlaksanaannya sehingga melahirkan siswa yg kritis?


Senin, 19 November 2018

materi 11. Persentasi Inovasi Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual dan Dampaknya terhadap Kemampuan Berpikir kreatif

A. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Nurhadi dalam Rusman (2014) mengatakan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru.
Elaine B. Johnson (2007:14) dalam Sukarto (2009:3) memberikan penjelasan bahwa Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) adalah model pembelajaran yang menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa yang bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan atau ditransfer dari suatu permasalahan yang satu ke permasalahan yang lain dan dari konteks satu ke konteks yang lain.
B. Dasar Teori Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Para pendidik yang menyetujui pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam semesta itu hidup, tidak diam dan bahwa alam semesta ditopang oleh tiga prinsip kesalingbergantungan, diferensiasi dan organisasi diri, seharusnya menerapkan pandangan dan cara berpikir baru mengenai pembelajaran dan pengajaran.
Menurut Jhonson dalam Sugianto (2008:153) tiga pilar dalam sistem Contextual Teaching Learning (CTL), yaitu:
1) Contextual Teaching Learning (CTL) mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan. Kesaling-bergantungan mewujudkan diri, isalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak jelas ketika subjek yang yang berbeda dihubungkan, dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.
2) Contextual Teaching Learning (CTL) mencerminkan prinsip diferensiasi. Diferensiasi menjadi nyata ketika CTL menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.
3) Contextual Teaching Learning (CTL) mencerminkan prinsip pengorganisasian diri.Pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan inat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatankegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka bernyanyi.
Landasan filosofi Contextual Teaching Learning (CTL) adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. ”Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatism yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad ke 20, yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa” (Sugianto,2008:160).
Jean Piaget dalam Anonim (2010:2) berpendapat bahwa ”...sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”. Skema terbentuk karena pengalaman, dan proses penyempurnaan skema itu dinamakan asimilasi dan semakin besar pertumbuhan anak maka skema akan semakin sempurna yang kemudian disebut dengan proses akomodasi...”.
Pendapat Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.
C. Komponen Utama Model Pembelajaran Kontestual
Menurut Trianto (2014) pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu, Constructivism (konstruktivisme), Inquiry (menemukan), Questioning (bertanya), Learning Community (masyarakat belajar), Modeling (pemodelan), Reflection (refleksi) dan Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya).
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivistik merupakan landasan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dalam kontruktivistik, strategi lebih diutamakan dibanding seberapa banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan. Dalam kontruktivis, lebih diutamakan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara:
  • Menjadikan pengetahuan bermakna bagi siswa
  • Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri
  • Menyadarkan siswa menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2. Pemodelan (Modelling)
Dalam suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru siswa, misalnya cara mengoperasikan suatu mesin, guru mendatangkan ahlinya kesekolah agar peserta didik dapat menirunya dan lain sebagainya. Pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar yang ahli dibidangnya.
3. Bertanya (questioning)
Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan dan aspek penting dari pembelajaran. Guru menggunakan Questioning (bertanya) untuk menuntun siswa berpikir bukannya penjejalan berbagai informasi penting yang harus dipelajari siswa. Bertanya digunakan sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Inti dari penerapan bertanya (questioning):
  • Mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu
  • Mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi
  • Melatih siswa untuk berpikir kritis
4. Menemukan (inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus merancang suatu pembelajaran dalam bentuk kegiatan nememukan (inquiri) dalam bentuk apapun materinya yang diajarkan. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry:
  • Observasi (Observation)
  • Bertanya (Questioning)
  • Mengajukan dugaan (Hipotesis)
  • Pengumpulan data (Data gathering)
  • Penyimpulan (Conclussion)
5. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar artinya bahwa seseorang kaya dengan pengetahuan dan pengalaman tatkala mereka banyak belajar dari orang lain, dalam masyarakat belajar hasil pembelajaran dapat diperoleh dari kerja sama dengan orang lain dengan sharring antar teman, antar kelompok dan mereka yang tahu ke yang belum tahu.Masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan maupun bakat dan minatnya. Praktik dalam pembelajaran ”masyarakat belajar” terwujud dalam:
  • Pembentukan kelompok kecil
  • Pembentukan kelompok besar
  • Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, budayawan, petani, perawat, polisi, dll)
  • Bekerja dengan kelas sederajat
  • Bekerja kelompok dengan kelas yang diatasnya
  • Bekerja dengan masyarakat

6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan guru/pelajar menghubungkan antara pengetahuan peserta didik yang telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran, pembelajar menyisakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi, berupa pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari ini, catatan atau jurnal dari buku peserta didik , kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran hari itu.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Prosedur penilaian otentik adalah menunjukkan kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) peserta didik secara nyata penekanan penilaian otentik adalah pada penilaian yang tidak hanya mengacu pada hasil akan tetapi penilaian pada proses, bagaimana peserta didik memperoleh dan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
D. Berpikir kreatif
Johnson (2014:214-215) menyatakan berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Berpikir kreatif yang membutuhkan aktivitas mental seperti:
  • Mengajukan pertanyaan.
  • Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka.
  • Membangun keterkaitan, khususnya diantara hal-hal yang berbeda.
  • Menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas.
  • Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda.
  • Mendengarkan intuisi.
E. Indikator berpikir kreatif
Munandar (2012) berpendapat untuk mengetahui tingkat kekreatifan seseorang, perlu adanya penilaian terhadap kemampuan berpikir kreatif. Berikut indikator penilaian berpikir kreatif beserta perilakunya.
1. Berpikir lancar (Fluency)
  • Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan
  • Arus pemikiran lancar

2. Berpikir luwes (flexibility)
  • Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam
  • Mampu mengubah cara atau pendekatan
  • Arah pemikiran yang berbeda

3. Berpikir orisinil (Originality)
  • Meberikan jawaban yang tidak lazim
  • Memberikan jawaban yang lain dari pada yang lain
  • Memberikan jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang

4. Berpikir terperinci (elaboration)
  • Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
  • Memperinci detail-detail
  • Memperluas suatu gagasan

Berdasarkan hasil penelitian Siswono (2011:549) tingkatan paling tinggi pada berpikir kreatif terletak pada aspek kebaruan, kemudian fleksibilitas dan aspek paling sedikit adalah kefasihan. Novelty atau kebaruan ditempatkan pada posisi tertinggi karena merupakan ciri utama untuk menilai produk pemikiran kreatif. Fleksibilitas ditempatkan sebagai posisi penting berikutnya karena mengacu pada produksi beberapa gagasan yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah tugas. Kefasihan diindikasikan saat peserta didik dengan lancar menghasilkan ide berbeda yang sesuai dengan pertanyaan tugas. Rahmi (2016:68) dalam penelitiannya menyatakan bahwa aspek fluency memiliki tingkat persentase tertinggi dari aspek flexibility dan novelty. 

Sintaks Inovasi yang saya buat


Materi              : Bentuk Molekul
Model              : Contextual Teaching and Learning
Pertemuan       : Ke-1

No.
Model Konvensional (Model Kontekstual)
No.
Inovasi Sintaks Model Kontekstual
Dampak Berfikir Kreatif

Konstruktivisme
1
Konstruktivisme
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dicapai
Mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran sebelumnya

Mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran sebelumnya
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dicapai
Menggali pengetahuan dasar siswa
Menggali pengetahuan dasar siswa tentang materi bentuk molekul
Memiliki gagasan yang bervariasi (aspek berfikir kreatif)

Mengenalkan model dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan

2
Pemodelan (Modelling)
2
Pemodelan (Modelling)
Mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok kecil
Mengarahkan siswa membentuk kelompok dengan mengkondisikan setiap kemampuan dan karakter siswa sebaik mungkin (merata)

Membagikan e-LKPD bentuk molekul kepada masing-masing Individu
Menyajikan media/ video/ fenomena yang berhubungan dengan materi dan selanjutnya mengajukan pertanyaan
Mengamati Video bentuk molekul pada e-LKPD dan mengajukan pertanyaan berkenaan dengan video yang telah ditampilkan
3
Bertanya (Questioning)
3
Menemukan (Inquiry)



Mengarahkan siswa mencari tahu mengenai materi bentuk molekul dari berbagai sumber / literatur


Membimbing siswa untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang diberikan pada e-LKPD
·    Merumuskan langkah-langkah, gagasan/ ide menyelesaikan masalah (aspek kemampuan berfikir orisinil)
·    Mencetuskan berbagai gagasan jawaban, atau sasaran dengan tepat dan lancar (aspek kemampuan berfikir lancar)
Membimbing siswa melakukan tanya jawab
Mengarahkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan pada e-LKPD
Menciptakan ide-ide atau hasil karya baru yang berbeda (aspek kemampuan berfikir orisinil)
Melakukan diskusi dalam menyelesaikan permasalahan pada e-LKPD
·     Bekerja lebih cepat dan melakukan banyak hal (aspek kemampuan berfikir lancar)
·     Mencetuskan banyak gagasan, jawaban atau sarana dengan lancer dan tepat (aspek kemampuan berfikir lancar)
·     Memberikan gagasan yang bervariasi (aspek kemampuan berfikir luwes)
·     Merumuskan masalah, gagasan/ ide atau hal-hal belum terfikirkan oleh orang lain (aspek kemampuan berfikir orisinil)
4
Menemukan (Inquiry)
4
Masyarakat belajar (Learning Community)
Membimbing siswa mencari tahu sendiri materi pelajaran dari berbagai sumber
Mengarahkan siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kelompok masing-masing
·    Mencetuskan banyak gagasan, jawaban atau sarana dengan lancer dan tepat (aspek kemampuan berfikir lancar)
·    Memberikan gagasan yang bervariasi (aspek kemampuan berfikir luwes)
·    Merumuskan masalah, gagasan/ ide atau hal-hal belum terfikirkan oleh orang lain (aspek kemampuan berfikir orisinil)
Mengarahkan siswa untuk membuat pemodelan atau reflika bentuk molekul seperti video pada e-LKPD yang telah ditampilkan sebelumnya, sesuai dengan permasalahan yang diberikan menggunakan Molimod/plestisin dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan
Menciptakan ide-ide atau hasil karya baru yang berbeda (aspek kemampuan berfikir orisinil)





Mempersilakan kelompok yang terpilih untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Mengembangkan dan memperkaya gagasan-gagasan orang lain (kemampuan berfikir kreatif)
5
Masyarakat Belajar (Learning Community)
5
Bertanya (Questioning)


Membantu siswa megatasi permasalahan yang diberikan

Mendorong siswa mengajukan pertanyaan terkait materi yang belum dimengerti siswa
·    Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain (aspek berpikir detail)
·    Merumuskan masalah atau hal-hal belum terfikirkan oleh orang lain (aspek berpikir orisinil)
Memberikan kesempatan tanya jawab seputar hasil diskusi
Mendorong siswa lain untuk menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh temannya
·    Memberikan jawaban dari sudut pandang yang berbeda (aspek berpikir luwes)
·    Memberikan jawaban berdasarkan hasil pemikirannya sediri (aspekberpikir orisinil)
6
Refleksi (Reflection)
6
Refleksi (Reflection)


Memberikan penguatan

Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan
Memberikan gagasan bervariasi (aspek berpikir luwes)
Membimbing siswa untuk membuat ringkasan
Mengarahkan siswa untuk melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah mereka lakukan dan meminta siswa membuat suatu ringkasan
Memberikan gagasan bervariasi (aspek berpikir luwes)
7
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
7
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)


Membantu siswa menyimpulkan

Memberikan tes akhir atau posttest dari materi yang telah Bentuk Molekul
Menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang relevan (aspek berpikir lancar)
Memberikan tes akhir
Mengakhiri pembelajaran dengan memberikan pesan dan motivasi untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar


yok comen pendapat temen-temen?
Apakah tabel tersebut sudah dapat dikatakan inovasi yang dpat menimbulkan kreatifitas atau hanya sekedar memindah sintak yang sudah ada?
Inovasi seperti apa lagi yang dapat di tambahkan kedalam materi bentuk molekul agar menjadi lebih epektif dalam proses keterlaksanaannya sehingga melahirkan siswa yg kreatif?

Materi 7. Penyusunan Rubrik Penilaian Kreativitas (Berpikir Kreatif) dalam Kimia

Definisi Kreativitas Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam su...