Nurhadi dalam Rusman (2014) mengatakan pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang
dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman
belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang
lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan
mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekedar pendengar yang pasif
sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan
guru.
Elaine
B. Johnson (2007:14) dalam Sukarto (2009:3) memberikan penjelasan bahwa
Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan
pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap
makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna
dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan
pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Dari
beberapa definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) adalah model pembelajaran yang
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa yang
bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat
diterapkan atau ditransfer dari suatu permasalahan yang satu ke permasalahan
yang lain dan dari konteks satu ke konteks yang lain.
B. Dasar Teori Model
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Para
pendidik yang menyetujui pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam semesta itu
hidup, tidak diam dan bahwa alam semesta ditopang oleh tiga prinsip
kesalingbergantungan, diferensiasi dan organisasi diri, seharusnya menerapkan pandangan
dan cara berpikir baru mengenai pembelajaran dan pengajaran.
Menurut
Jhonson dalam Sugianto (2008:153) tiga pilar dalam sistem Contextual Teaching
Learning (CTL), yaitu:
1)
Contextual Teaching Learning (CTL) mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan. Kesaling-bergantungan
mewujudkan diri, isalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah
dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak jelas
ketika subjek yang yang berbeda dihubungkan, dan ketika kemitraan menggabungkan
sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.
2)
Contextual Teaching Learning (CTL) mencerminkan prinsip
diferensiasi. Diferensiasi menjadi nyata ketika CTL menantang para siswa
untuk saling menghormati keunikan masing-masing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan,
untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil
baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan
dan kekuatan.
3)
Contextual Teaching Learning (CTL) mencerminkan prinsip pengorganisasian
diri.Pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan
kemampuan dan inat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan
balik yang diberikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam
tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi, dan berperan serta dalam
kegiatankegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka bernyanyi.
Landasan
filosofi Contextual Teaching Learning (CTL) adalah konstruktivisme, yaitu
filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal.
Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan
tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah,
tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. ”Konstruktivisme
berakar pada filsafat pragmatism yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad ke
20, yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan
pengalaman siswa” (Sugianto,2008:160).
Jean
Piaget dalam Anonim (2010:2) berpendapat bahwa ”...sejak kecil setiap anak
sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”. Skema
terbentuk karena pengalaman, dan proses penyempurnaan skema itu dinamakan
asimilasi dan semakin besar pertumbuhan anak maka skema akan semakin sempurna
yang kemudian disebut dengan proses akomodasi...”.
Pendapat
Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur
kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran,
diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual,
pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh
siswa.
C. Komponen Utama Model
Pembelajaran Kontestual
Menurut
Trianto (2014) pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif yaitu, Constructivism (konstruktivisme), Inquiry
(menemukan), Questioning (bertanya), Learning Community (masyarakat belajar),
Modeling (pemodelan), Reflection (refleksi) dan Authentic Assessment (penilaian
yang sebenarnya).
1.
Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivistik
merupakan landasan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas
(sempit) dalam kontruktivistik, strategi lebih diutamakan dibanding seberapa
banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan. Dalam kontruktivis,
lebih diutamakan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.
Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara:
- Menjadikan pengetahuan bermakna bagi siswa
- Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri
- Menyadarkan siswa menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Dalam
suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa
ditiru siswa, misalnya cara mengoperasikan suatu mesin, guru mendatangkan
ahlinya kesekolah agar peserta didik dapat menirunya dan lain sebagainya.
Pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dirancang
dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar yang ahli
dibidangnya.
3.
Bertanya (questioning)
Bertanya
adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan,
jantung dari pengetahuan dan aspek penting dari pembelajaran. Guru menggunakan
Questioning (bertanya) untuk menuntun siswa berpikir bukannya penjejalan
berbagai informasi penting yang harus dipelajari siswa. Bertanya digunakan
sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan
berpikir siswa. Inti dari penerapan bertanya (questioning):
- Mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu
- Mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi
- Melatih siswa untuk berpikir kritis
Pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus merancang
suatu pembelajaran dalam bentuk kegiatan nememukan (inquiri) dalam bentuk
apapun materinya yang diajarkan. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi
hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry:
- Observasi (Observation)
- Bertanya (Questioning)
- Mengajukan dugaan (Hipotesis)
- Pengumpulan data (Data gathering)
- Penyimpulan (Conclussion)
Masyarakat
belajar artinya bahwa seseorang kaya dengan pengetahuan dan pengalaman tatkala
mereka banyak belajar dari orang lain, dalam masyarakat belajar hasil
pembelajaran dapat diperoleh dari kerja sama dengan orang lain dengan sharring
antar teman, antar kelompok dan mereka yang tahu ke yang belum tahu.Masyarakat
belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok
belajar. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang anggotanya bersifat
heterogen, baik dilihat dari kemampuan maupun bakat dan minatnya. Praktik dalam
pembelajaran ”masyarakat belajar” terwujud dalam:
- Pembentukan kelompok kecil
- Pembentukan kelompok besar
- Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, budayawan, petani, perawat, polisi, dll)
- Bekerja dengan kelas sederajat
- Bekerja kelompok dengan kelas yang diatasnya
- Bekerja dengan masyarakat
6.
Refleksi (Reflection)
Refleksi
merupakan guru/pelajar menghubungkan antara pengetahuan peserta didik yang
telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir
pembelajaran, pembelajar menyisakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan
refleksi, berupa pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari
ini, catatan atau jurnal dari buku peserta didik , kesan dan saran peserta
didik mengenai pembelajaran hari itu.
7.
Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Prosedur
penilaian otentik adalah menunjukkan kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan
sikap) peserta didik secara nyata penekanan penilaian otentik adalah pada
penilaian yang tidak hanya mengacu pada hasil akan tetapi penilaian pada
proses, bagaimana peserta didik memperoleh dan memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
D. Berpikir kreatif
Johnson (2014:214-215) menyatakan berpikir kreatif
adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi,
menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka
sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.
Berpikir kreatif yang membutuhkan aktivitas mental seperti:
- Mengajukan pertanyaan.
- Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka.
- Membangun keterkaitan, khususnya diantara hal-hal yang berbeda.
- Menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas.
- Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda.
- Mendengarkan intuisi.
Munandar (2012)
berpendapat untuk mengetahui tingkat kekreatifan seseorang, perlu adanya
penilaian terhadap kemampuan berpikir kreatif. Berikut indikator penilaian
berpikir kreatif beserta perilakunya.
1. Berpikir lancar (Fluency)
- Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan
- Arus pemikiran lancar
2. Berpikir luwes (flexibility)
- Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam
- Mampu mengubah cara atau pendekatan
- Arah pemikiran yang berbeda
3. Berpikir orisinil (Originality)
- Meberikan jawaban yang tidak lazim
- Memberikan jawaban yang lain dari pada yang lain
- Memberikan jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang
4. Berpikir terperinci (elaboration)
- Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
- Memperinci detail-detail
- Memperluas suatu gagasan
Berdasarkan hasil penelitian Siswono (2011:549)
tingkatan paling tinggi pada berpikir kreatif terletak pada aspek kebaruan,
kemudian fleksibilitas dan aspek paling sedikit adalah kefasihan. Novelty atau
kebaruan ditempatkan pada posisi tertinggi karena merupakan ciri utama untuk
menilai produk pemikiran kreatif. Fleksibilitas ditempatkan sebagai posisi
penting berikutnya karena mengacu pada produksi beberapa gagasan yang digunakan
untuk menyelesaikan sebuah tugas. Kefasihan diindikasikan saat peserta didik
dengan lancar menghasilkan ide berbeda yang sesuai dengan pertanyaan tugas. Rahmi (2016:68) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
aspek fluency memiliki tingkat persentase tertinggi dari aspek flexibility dan
novelty.
Sintaks Inovasi yang saya buat
Materi : Bentuk Molekul
Model : Contextual Teaching and Learning
Pertemuan : Ke-1
No.
|
Model Konvensional (Model Kontekstual)
|
No.
|
Inovasi Sintaks Model Kontekstual
|
Dampak Berfikir Kreatif
|
Konstruktivisme
|
1
|
Konstruktivisme
|
||
Menyampaikan
tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dicapai
|
Mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran sebelumnya
|
|||
Mengajukan
pertanyaan tentang materi pelajaran sebelumnya
|
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dicapai
|
|||
Menggali
pengetahuan dasar siswa
|
Menggali
pengetahuan dasar siswa tentang materi bentuk molekul
|
Memiliki
gagasan yang bervariasi (aspek berfikir kreatif)
|
||
Mengenalkan
model dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
|
||||
2
|
Pemodelan (Modelling)
|
2
|
Pemodelan (Modelling)
|
|
Mengarahkan
siswa untuk membentuk kelompok kecil
|
Mengarahkan
siswa membentuk kelompok dengan mengkondisikan setiap kemampuan dan karakter
siswa sebaik mungkin (merata)
|
|||
Membagikan
e-LKPD bentuk molekul kepada masing-masing Individu
|
||||
Menyajikan
media/ video/ fenomena yang berhubungan dengan materi dan selanjutnya
mengajukan pertanyaan
|
Mengamati
Video bentuk molekul pada e-LKPD dan mengajukan pertanyaan berkenaan dengan video yang telah ditampilkan
|
|||
3
|
Bertanya (Questioning)
|
3
|
Menemukan (Inquiry)
|
|
Mengarahkan
siswa mencari tahu mengenai materi bentuk molekul dari berbagai sumber /
literatur
|
||||
Membimbing
siswa untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang diberikan pada
e-LKPD
|
· Merumuskan langkah-langkah, gagasan/
ide menyelesaikan masalah (aspek kemampuan berfikir orisinil)
· Mencetuskan berbagai gagasan
jawaban, atau sasaran dengan tepat dan lancar (aspek kemampuan berfikir
lancar)
|
|||
Membimbing
siswa melakukan tanya jawab
|
Mengarahkan
siswa untuk menyelesaikan permasalahan pada e-LKPD
|
Menciptakan
ide-ide atau hasil karya baru yang berbeda (aspek kemampuan berfikir
orisinil)
|
||
Melakukan
diskusi dalam menyelesaikan permasalahan pada e-LKPD
|
· Bekerja lebih cepat dan melakukan
banyak hal (aspek kemampuan berfikir lancar)
· Mencetuskan banyak gagasan,
jawaban atau sarana dengan lancer dan tepat (aspek kemampuan berfikir lancar)
· Memberikan gagasan yang bervariasi
(aspek kemampuan berfikir luwes)
· Merumuskan masalah, gagasan/ ide
atau hal-hal belum terfikirkan oleh orang lain (aspek kemampuan berfikir
orisinil)
|
|||
4
|
Menemukan (Inquiry)
|
4
|
Masyarakat belajar (Learning
Community)
|
|
Membimbing
siswa mencari tahu sendiri materi pelajaran dari berbagai sumber
|
Mengarahkan
siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kelompok masing-masing
|
· Mencetuskan banyak gagasan,
jawaban atau sarana dengan lancer dan tepat (aspek kemampuan berfikir lancar)
· Memberikan gagasan yang bervariasi
(aspek kemampuan berfikir luwes)
· Merumuskan masalah, gagasan/ ide
atau hal-hal belum terfikirkan oleh orang lain (aspek kemampuan berfikir
orisinil)
|
||
Mengarahkan
siswa untuk membuat pemodelan atau
reflika bentuk molekul seperti video pada e-LKPD yang telah ditampilkan
sebelumnya, sesuai dengan permasalahan yang diberikan menggunakan
Molimod/plestisin dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan
|
Menciptakan
ide-ide atau hasil karya baru yang berbeda (aspek kemampuan berfikir
orisinil)
|
|||
Mempersilakan
kelompok yang terpilih untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok
|
Mengembangkan
dan memperkaya gagasan-gagasan orang lain (kemampuan berfikir kreatif)
|
|||
5
|
Masyarakat
Belajar (Learning Community)
|
5
|
Bertanya (Questioning)
|
|
Membantu
siswa megatasi permasalahan yang diberikan
|
Mendorong
siswa mengajukan pertanyaan terkait materi yang belum dimengerti siswa
|
· Mengembangkan atau memperkaya
gagasan orang lain (aspek berpikir detail)
· Merumuskan masalah atau hal-hal
belum terfikirkan oleh orang lain (aspek berpikir orisinil)
|
||
Memberikan
kesempatan tanya jawab seputar hasil diskusi
|
Mendorong
siswa lain untuk menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh temannya
|
· Memberikan jawaban dari sudut
pandang yang berbeda (aspek berpikir luwes)
· Memberikan jawaban berdasarkan
hasil pemikirannya sediri (aspekberpikir orisinil)
|
||
6
|
Refleksi (Reflection)
|
6
|
Refleksi (Reflection)
|
|
Memberikan
penguatan
|
Mengarahkan
siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan
|
Memberikan
gagasan bervariasi (aspek berpikir luwes)
|
||
Membimbing
siswa untuk membuat ringkasan
|
Mengarahkan
siswa untuk melakukan evaluasi terhadap
proses pembelajaran yang telah mereka lakukan dan meminta siswa membuat
suatu ringkasan
|
Memberikan
gagasan bervariasi (aspek berpikir luwes)
|
||
7
|
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic
Assessment)
|
7
|
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic
Assessment)
|
|
Membantu
siswa menyimpulkan
|
Memberikan
tes akhir atau posttest dari materi yang telah Bentuk Molekul
|
Menghasilkan
banyak gagasan atau jawaban yang relevan (aspek berpikir lancar)
|
||
Memberikan
tes akhir
|
Mengakhiri
pembelajaran dengan memberikan pesan dan motivasi untuk meningkatkan minat
siswa dalam belajar
|
yok comen pendapat temen-temen?
Apakah tabel tersebut sudah dapat dikatakan inovasi yang dpat menimbulkan kreatifitas atau hanya sekedar memindah sintak yang sudah ada?
Inovasi seperti apa lagi yang dapat di tambahkan kedalam materi bentuk molekul agar menjadi lebih epektif dalam proses keterlaksanaannya sehingga melahirkan siswa yg kreatif?
Menurut saya sintaks CTL diatas sudah cukup efektif untuk diterapkan, karena mengandung keseluruhan komponen CTL. Sintaks nya pun dapat menimbulkan pola berpikir kreatif karena adanya diskusi dan perintah untuk mengamati. Melalui sintaks inkuiri siswa dapat menimbulkan gagasan bervariasi pada masing-masing individu karena pembelajaran yang menarik itu dapat membuat masing-masing siswa memiliki pendapat berbeda. Lalu pada bagian akhir juga ada proses self reflection tentu ini sangat bermanfaat untuk mengingat materi apa yang dirasa kurang dikuasai dan proses menyimpulkan siswa juga berguna dalam memperkuat pengetahuan siswa mengenai materi yang diajarkan.
BalasHapusSaya setuju dgn kk fannu bHwa sintak yg sudah bng sugeng buat ckup baik. Namun jika materinya bentuk molekuk alangkah lebih baikkny jika guru membawa contoh konkrit bisa saja menggunaakan molymod agar siswa benar2 memahami. Tetapi tetap di bantu degn teknologi misalnya internet power point atau video pembelajaran
Hapusmenurut saya inovasi sintak model kontekstual yang telah dibuat sudah baik karena sudah memungkinkan untuk dapat dilaksanakan dalam proses pebelajara yang dapat meingkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. hal tersebut juga dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dibuat dengan adanya siswa melakukan praktek pembuatan pemodelan atau reflika bentuk molekul seperti video di e-LKPD yang telah ditampilkan menggunakan Molimod/plestisin dan sebagainya. hal ini tentu membuat siswa memiliki pengalaman sehingga pembeelajran ;ebih bermakna.
BalasHapusmenurut saya inovasi yang dibuat sugeng sudah bagus dan sudah baik, dan masih banyak inovasi-inovasi yang dapat memunculkan kreatifitas siswa. Peningkatan berpikir kreatif siswa dapat diamati dari siswa yang menunjukan antusias tinggi seperti fokus pada saat pembelajaran berlangsung, aktif dalam mengikuti kegiatan, mampu mengungkapkan pendapatnya dan semangat selama mengikuti tindakan dalam kegiatan pembelajaran.
BalasHapusmenurut saya sintaknya sudah bagus, disini saya memberi saran alangkah baiknya jika e-LKPD yang dibuat juga berlandaskan indikator berpikir kreatif sehingga sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu memunculkan berpikir kreatif pada diri peserta didik
BalasHapussaya sependapat dengan pendapat tri bahwa dalam penyusunan e-LKPD harus berlandaskan dengan indikator kemampuan berpikir kreatif sehingga tujuan awal untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatfi dapat tercapai maksimal.
Hapussaya setuju dengan pendapat kakak kakak bahwa jika e-LKPD yang dibuat juga berlandaskan indikator berpikir kreatif sehingga sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu memunculkan berpikir kreatif pada diri peserta didik
Hapussaya sependapat dengan teman-teman bahwa dalam penyusunan e-LKPD harus berlandaskan dengan indikator kemampuan berpikir kreatif
Hapusmenurut saya inovasi sintaks model CTL yang Anda buat dapat diterapkan kedalam pembelajaran. namun, dalam menemukan bentuk molekul ini saya rasa kurang cocok, karna dari pengamatan video yang telah Anda berikan, siswa hanya dibimbing untuk menghafal saja, tidak untuk memunculkan bentuk molekul yang baru.
BalasHapusterimakasih atas pendapat yang saudari berikan, maksud pideo disini hanya menampilkan bentuk-bentuk molekul saja, jadi pembentukan molekul tersebut itu yang harus mereka temukan.
Hapussependapat dengan rina bahwa inovasi sintaks model CTL yang sugeng buat dapat diterapkan kedalam pembelajaran. namun, dalam menemukan bentuk molekul ini kurang cocok, karna dari pengamatan video yang telah diberikan, siswa hanya dibimbing untuk menghafal saja, tidak untuk memunculkan bentuk molekul yang baru sehingga butuh penyempurnaan lagi
BalasHapussaya sependapat dengan kawan-kawan yang lain, bahwa inovasi sintaks model CTL yang sugeng buat dapat diterapkan kedalam pembelajaran. namun saya menyarankan agar pada tahapan masyarakat belajar, lebih banyak lagi kegiatan pembelajaran disini. di thap refleksi diharapkan siswa mampu meunculkan berbagai pernyataan, dan yang akhirnya dituntun untuk disimpulkan oleh siswa itu sendiri.
BalasHapusSaya sependapat dengan teman teman bahwa memang sintk yg dibuat oleh sugeng perlu diuji keefektifannya terlebih dahulu, namun so far sudah cukup baik dan cukup untuk melatih kemampuan berpikir kreatif siswa
BalasHapusmenurut saya inovasi sintak model kontekstual yang telah dibuat sudah baik karena sudah memungkinkan untuk dapat dilaksanakan dalam proses pebelajara yang dapat meingkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
BalasHapus. Peningkatan berpikir kreatif siswa dapat diamati dari siswa yang menunjukan antusias tinggi seperti fokus pada saat pembelajaran berlangsung, aktif dalam mengikuti kegiatan, mampu mengungkapkan pendapatnya dan semangat selama mengikuti tindakan dalam kegiatan pembelajaran.