Senin, 19 November 2018

materi 11. Persentasi Inovasi Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual dan Dampaknya terhadap Kemampuan Berpikir kreatif

A. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Nurhadi dalam Rusman (2014) mengatakan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru.
Elaine B. Johnson (2007:14) dalam Sukarto (2009:3) memberikan penjelasan bahwa Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Dari beberapa definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) adalah model pembelajaran yang menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa yang bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan atau ditransfer dari suatu permasalahan yang satu ke permasalahan yang lain dan dari konteks satu ke konteks yang lain.
B. Dasar Teori Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Para pendidik yang menyetujui pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam semesta itu hidup, tidak diam dan bahwa alam semesta ditopang oleh tiga prinsip kesalingbergantungan, diferensiasi dan organisasi diri, seharusnya menerapkan pandangan dan cara berpikir baru mengenai pembelajaran dan pengajaran.
Menurut Jhonson dalam Sugianto (2008:153) tiga pilar dalam sistem Contextual Teaching Learning (CTL), yaitu:
1) Contextual Teaching Learning (CTL) mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan. Kesaling-bergantungan mewujudkan diri, isalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak jelas ketika subjek yang yang berbeda dihubungkan, dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.
2) Contextual Teaching Learning (CTL) mencerminkan prinsip diferensiasi. Diferensiasi menjadi nyata ketika CTL menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.
3) Contextual Teaching Learning (CTL) mencerminkan prinsip pengorganisasian diri.Pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan inat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatankegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka bernyanyi.
Landasan filosofi Contextual Teaching Learning (CTL) adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. ”Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatism yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad ke 20, yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa” (Sugianto,2008:160).
Jean Piaget dalam Anonim (2010:2) berpendapat bahwa ”...sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”. Skema terbentuk karena pengalaman, dan proses penyempurnaan skema itu dinamakan asimilasi dan semakin besar pertumbuhan anak maka skema akan semakin sempurna yang kemudian disebut dengan proses akomodasi...”.
Pendapat Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.
C. Komponen Utama Model Pembelajaran Kontestual
Menurut Trianto (2014) pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu, Constructivism (konstruktivisme), Inquiry (menemukan), Questioning (bertanya), Learning Community (masyarakat belajar), Modeling (pemodelan), Reflection (refleksi) dan Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya).
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivistik merupakan landasan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dalam kontruktivistik, strategi lebih diutamakan dibanding seberapa banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan. Dalam kontruktivis, lebih diutamakan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara:
  • Menjadikan pengetahuan bermakna bagi siswa
  • Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri
  • Menyadarkan siswa menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2. Pemodelan (Modelling)
Dalam suatu pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru siswa, misalnya cara mengoperasikan suatu mesin, guru mendatangkan ahlinya kesekolah agar peserta didik dapat menirunya dan lain sebagainya. Pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar yang ahli dibidangnya.
3. Bertanya (questioning)
Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan dan aspek penting dari pembelajaran. Guru menggunakan Questioning (bertanya) untuk menuntun siswa berpikir bukannya penjejalan berbagai informasi penting yang harus dipelajari siswa. Bertanya digunakan sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Inti dari penerapan bertanya (questioning):
  • Mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu
  • Mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi
  • Melatih siswa untuk berpikir kritis
4. Menemukan (inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus merancang suatu pembelajaran dalam bentuk kegiatan nememukan (inquiri) dalam bentuk apapun materinya yang diajarkan. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiry:
  • Observasi (Observation)
  • Bertanya (Questioning)
  • Mengajukan dugaan (Hipotesis)
  • Pengumpulan data (Data gathering)
  • Penyimpulan (Conclussion)
5. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar artinya bahwa seseorang kaya dengan pengetahuan dan pengalaman tatkala mereka banyak belajar dari orang lain, dalam masyarakat belajar hasil pembelajaran dapat diperoleh dari kerja sama dengan orang lain dengan sharring antar teman, antar kelompok dan mereka yang tahu ke yang belum tahu.Masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan maupun bakat dan minatnya. Praktik dalam pembelajaran ”masyarakat belajar” terwujud dalam:
  • Pembentukan kelompok kecil
  • Pembentukan kelompok besar
  • Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, budayawan, petani, perawat, polisi, dll)
  • Bekerja dengan kelas sederajat
  • Bekerja kelompok dengan kelas yang diatasnya
  • Bekerja dengan masyarakat

6. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan guru/pelajar menghubungkan antara pengetahuan peserta didik yang telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran, pembelajar menyisakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi, berupa pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari ini, catatan atau jurnal dari buku peserta didik , kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran hari itu.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Prosedur penilaian otentik adalah menunjukkan kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) peserta didik secara nyata penekanan penilaian otentik adalah pada penilaian yang tidak hanya mengacu pada hasil akan tetapi penilaian pada proses, bagaimana peserta didik memperoleh dan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
D. Berpikir kreatif
Johnson (2014:214-215) menyatakan berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Berpikir kreatif yang membutuhkan aktivitas mental seperti:
  • Mengajukan pertanyaan.
  • Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka.
  • Membangun keterkaitan, khususnya diantara hal-hal yang berbeda.
  • Menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas.
  • Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda.
  • Mendengarkan intuisi.
E. Indikator berpikir kreatif
Munandar (2012) berpendapat untuk mengetahui tingkat kekreatifan seseorang, perlu adanya penilaian terhadap kemampuan berpikir kreatif. Berikut indikator penilaian berpikir kreatif beserta perilakunya.
1. Berpikir lancar (Fluency)
  • Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan
  • Arus pemikiran lancar

2. Berpikir luwes (flexibility)
  • Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam
  • Mampu mengubah cara atau pendekatan
  • Arah pemikiran yang berbeda

3. Berpikir orisinil (Originality)
  • Meberikan jawaban yang tidak lazim
  • Memberikan jawaban yang lain dari pada yang lain
  • Memberikan jawaban yang jarang diberikan kebanyakan orang

4. Berpikir terperinci (elaboration)
  • Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan
  • Memperinci detail-detail
  • Memperluas suatu gagasan

Berdasarkan hasil penelitian Siswono (2011:549) tingkatan paling tinggi pada berpikir kreatif terletak pada aspek kebaruan, kemudian fleksibilitas dan aspek paling sedikit adalah kefasihan. Novelty atau kebaruan ditempatkan pada posisi tertinggi karena merupakan ciri utama untuk menilai produk pemikiran kreatif. Fleksibilitas ditempatkan sebagai posisi penting berikutnya karena mengacu pada produksi beberapa gagasan yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah tugas. Kefasihan diindikasikan saat peserta didik dengan lancar menghasilkan ide berbeda yang sesuai dengan pertanyaan tugas. Rahmi (2016:68) dalam penelitiannya menyatakan bahwa aspek fluency memiliki tingkat persentase tertinggi dari aspek flexibility dan novelty. 

Sintaks Inovasi yang saya buat


Materi              : Bentuk Molekul
Model              : Contextual Teaching and Learning
Pertemuan       : Ke-1

No.
Model Konvensional (Model Kontekstual)
No.
Inovasi Sintaks Model Kontekstual
Dampak Berfikir Kreatif

Konstruktivisme
1
Konstruktivisme
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dicapai
Mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran sebelumnya

Mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran sebelumnya
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dicapai
Menggali pengetahuan dasar siswa
Menggali pengetahuan dasar siswa tentang materi bentuk molekul
Memiliki gagasan yang bervariasi (aspek berfikir kreatif)

Mengenalkan model dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan

2
Pemodelan (Modelling)
2
Pemodelan (Modelling)
Mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok kecil
Mengarahkan siswa membentuk kelompok dengan mengkondisikan setiap kemampuan dan karakter siswa sebaik mungkin (merata)

Membagikan e-LKPD bentuk molekul kepada masing-masing Individu
Menyajikan media/ video/ fenomena yang berhubungan dengan materi dan selanjutnya mengajukan pertanyaan
Mengamati Video bentuk molekul pada e-LKPD dan mengajukan pertanyaan berkenaan dengan video yang telah ditampilkan
3
Bertanya (Questioning)
3
Menemukan (Inquiry)



Mengarahkan siswa mencari tahu mengenai materi bentuk molekul dari berbagai sumber / literatur


Membimbing siswa untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang diberikan pada e-LKPD
·    Merumuskan langkah-langkah, gagasan/ ide menyelesaikan masalah (aspek kemampuan berfikir orisinil)
·    Mencetuskan berbagai gagasan jawaban, atau sasaran dengan tepat dan lancar (aspek kemampuan berfikir lancar)
Membimbing siswa melakukan tanya jawab
Mengarahkan siswa untuk menyelesaikan permasalahan pada e-LKPD
Menciptakan ide-ide atau hasil karya baru yang berbeda (aspek kemampuan berfikir orisinil)
Melakukan diskusi dalam menyelesaikan permasalahan pada e-LKPD
·     Bekerja lebih cepat dan melakukan banyak hal (aspek kemampuan berfikir lancar)
·     Mencetuskan banyak gagasan, jawaban atau sarana dengan lancer dan tepat (aspek kemampuan berfikir lancar)
·     Memberikan gagasan yang bervariasi (aspek kemampuan berfikir luwes)
·     Merumuskan masalah, gagasan/ ide atau hal-hal belum terfikirkan oleh orang lain (aspek kemampuan berfikir orisinil)
4
Menemukan (Inquiry)
4
Masyarakat belajar (Learning Community)
Membimbing siswa mencari tahu sendiri materi pelajaran dari berbagai sumber
Mengarahkan siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kelompok masing-masing
·    Mencetuskan banyak gagasan, jawaban atau sarana dengan lancer dan tepat (aspek kemampuan berfikir lancar)
·    Memberikan gagasan yang bervariasi (aspek kemampuan berfikir luwes)
·    Merumuskan masalah, gagasan/ ide atau hal-hal belum terfikirkan oleh orang lain (aspek kemampuan berfikir orisinil)
Mengarahkan siswa untuk membuat pemodelan atau reflika bentuk molekul seperti video pada e-LKPD yang telah ditampilkan sebelumnya, sesuai dengan permasalahan yang diberikan menggunakan Molimod/plestisin dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan
Menciptakan ide-ide atau hasil karya baru yang berbeda (aspek kemampuan berfikir orisinil)





Mempersilakan kelompok yang terpilih untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Mengembangkan dan memperkaya gagasan-gagasan orang lain (kemampuan berfikir kreatif)
5
Masyarakat Belajar (Learning Community)
5
Bertanya (Questioning)


Membantu siswa megatasi permasalahan yang diberikan

Mendorong siswa mengajukan pertanyaan terkait materi yang belum dimengerti siswa
·    Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain (aspek berpikir detail)
·    Merumuskan masalah atau hal-hal belum terfikirkan oleh orang lain (aspek berpikir orisinil)
Memberikan kesempatan tanya jawab seputar hasil diskusi
Mendorong siswa lain untuk menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh temannya
·    Memberikan jawaban dari sudut pandang yang berbeda (aspek berpikir luwes)
·    Memberikan jawaban berdasarkan hasil pemikirannya sediri (aspekberpikir orisinil)
6
Refleksi (Reflection)
6
Refleksi (Reflection)


Memberikan penguatan

Mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan
Memberikan gagasan bervariasi (aspek berpikir luwes)
Membimbing siswa untuk membuat ringkasan
Mengarahkan siswa untuk melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah mereka lakukan dan meminta siswa membuat suatu ringkasan
Memberikan gagasan bervariasi (aspek berpikir luwes)
7
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
7
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)


Membantu siswa menyimpulkan

Memberikan tes akhir atau posttest dari materi yang telah Bentuk Molekul
Menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang relevan (aspek berpikir lancar)
Memberikan tes akhir
Mengakhiri pembelajaran dengan memberikan pesan dan motivasi untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar


yok comen pendapat temen-temen?
Apakah tabel tersebut sudah dapat dikatakan inovasi yang dpat menimbulkan kreatifitas atau hanya sekedar memindah sintak yang sudah ada?
Inovasi seperti apa lagi yang dapat di tambahkan kedalam materi bentuk molekul agar menjadi lebih epektif dalam proses keterlaksanaannya sehingga melahirkan siswa yg kreatif?

14 komentar:

  1. Menurut saya sintaks CTL diatas sudah cukup efektif untuk diterapkan, karena mengandung keseluruhan komponen CTL. Sintaks nya pun dapat menimbulkan pola berpikir kreatif karena adanya diskusi dan perintah untuk mengamati. Melalui sintaks inkuiri siswa dapat menimbulkan gagasan bervariasi pada masing-masing individu karena pembelajaran yang menarik itu dapat membuat masing-masing siswa memiliki pendapat berbeda. Lalu pada bagian akhir juga ada proses self reflection tentu ini sangat bermanfaat untuk mengingat materi apa yang dirasa kurang dikuasai dan proses menyimpulkan siswa juga berguna dalam memperkuat pengetahuan siswa mengenai materi yang diajarkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju dgn kk fannu bHwa sintak yg sudah bng sugeng buat ckup baik. Namun jika materinya bentuk molekuk alangkah lebih baikkny jika guru membawa contoh konkrit bisa saja menggunaakan molymod agar siswa benar2 memahami. Tetapi tetap di bantu degn teknologi misalnya internet power point atau video pembelajaran

      Hapus
  2. menurut saya inovasi sintak model kontekstual yang telah dibuat sudah baik karena sudah memungkinkan untuk dapat dilaksanakan dalam proses pebelajara yang dapat meingkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. hal tersebut juga dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dibuat dengan adanya siswa melakukan praktek pembuatan pemodelan atau reflika bentuk molekul seperti video di e-LKPD yang telah ditampilkan menggunakan Molimod/plestisin dan sebagainya. hal ini tentu membuat siswa memiliki pengalaman sehingga pembeelajran ;ebih bermakna.

    BalasHapus
  3. menurut saya inovasi yang dibuat sugeng sudah bagus dan sudah baik, dan masih banyak inovasi-inovasi yang dapat memunculkan kreatifitas siswa. Peningkatan berpikir kreatif siswa dapat diamati dari siswa yang menunjukan antusias tinggi seperti fokus pada saat pembelajaran berlangsung, aktif dalam mengikuti kegiatan, mampu mengungkapkan pendapatnya dan semangat selama mengikuti tindakan dalam kegiatan pembelajaran.

    BalasHapus
  4. menurut saya sintaknya sudah bagus, disini saya memberi saran alangkah baiknya jika e-LKPD yang dibuat juga berlandaskan indikator berpikir kreatif sehingga sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu memunculkan berpikir kreatif pada diri peserta didik

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan pendapat tri bahwa dalam penyusunan e-LKPD harus berlandaskan dengan indikator kemampuan berpikir kreatif sehingga tujuan awal untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatfi dapat tercapai maksimal.

      Hapus
    2. saya setuju dengan pendapat kakak kakak bahwa jika e-LKPD yang dibuat juga berlandaskan indikator berpikir kreatif sehingga sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu memunculkan berpikir kreatif pada diri peserta didik

      Hapus
    3. saya sependapat dengan teman-teman bahwa dalam penyusunan e-LKPD harus berlandaskan dengan indikator kemampuan berpikir kreatif

      Hapus
  5. menurut saya inovasi sintaks model CTL yang Anda buat dapat diterapkan kedalam pembelajaran. namun, dalam menemukan bentuk molekul ini saya rasa kurang cocok, karna dari pengamatan video yang telah Anda berikan, siswa hanya dibimbing untuk menghafal saja, tidak untuk memunculkan bentuk molekul yang baru.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas pendapat yang saudari berikan, maksud pideo disini hanya menampilkan bentuk-bentuk molekul saja, jadi pembentukan molekul tersebut itu yang harus mereka temukan.

      Hapus
  6. sependapat dengan rina bahwa inovasi sintaks model CTL yang sugeng buat dapat diterapkan kedalam pembelajaran. namun, dalam menemukan bentuk molekul ini kurang cocok, karna dari pengamatan video yang telah diberikan, siswa hanya dibimbing untuk menghafal saja, tidak untuk memunculkan bentuk molekul yang baru sehingga butuh penyempurnaan lagi

    BalasHapus
  7. saya sependapat dengan kawan-kawan yang lain, bahwa inovasi sintaks model CTL yang sugeng buat dapat diterapkan kedalam pembelajaran. namun saya menyarankan agar pada tahapan masyarakat belajar, lebih banyak lagi kegiatan pembelajaran disini. di thap refleksi diharapkan siswa mampu meunculkan berbagai pernyataan, dan yang akhirnya dituntun untuk disimpulkan oleh siswa itu sendiri.

    BalasHapus
  8. Saya sependapat dengan teman teman bahwa memang sintk yg dibuat oleh sugeng perlu diuji keefektifannya terlebih dahulu, namun so far sudah cukup baik dan cukup untuk melatih kemampuan berpikir kreatif siswa

    BalasHapus
  9. menurut saya inovasi sintak model kontekstual yang telah dibuat sudah baik karena sudah memungkinkan untuk dapat dilaksanakan dalam proses pebelajara yang dapat meingkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
    . Peningkatan berpikir kreatif siswa dapat diamati dari siswa yang menunjukan antusias tinggi seperti fokus pada saat pembelajaran berlangsung, aktif dalam mengikuti kegiatan, mampu mengungkapkan pendapatnya dan semangat selama mengikuti tindakan dalam kegiatan pembelajaran.

    BalasHapus

Materi 7. Penyusunan Rubrik Penilaian Kreativitas (Berpikir Kreatif) dalam Kimia

Definisi Kreativitas Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam su...