Pembelajarn berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
diorientasikan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan belajar para
siswa melalui serangkaian kegiatan merencanakan, melaksanakan penelitian, dan
menghasilkan produk tertentu yang dibingkai dalam satu wadah berupa proyek
pembelajaran (Abidin, 2013:169). Namun menurut Wena (2011:145) pembelajaran
berbasis proyek adalah sebuat model pembelajaran yang inovatif, dan lebih
menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.
Model pembelajar berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang secara
langsung melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian
untuk mengerjakan dan menyelesaikan sebuah proyek pembelajaran, serta dalam
pembelajaran berbasis proyek ini menekankan aktivitas siswa dalam memecahkan
berbagai permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasi pengetahuan
mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah produk
otentik.
Sintaks Model Project
Based Learning
Menurut Daryanto, (2011:27-28), langkah-langkah Project Based Learning
adalah sebagai berikut:
1. Penentuan
pertanyaan mendasar (staert with the essential question)
Pembelajaran dimulai
dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta
didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topic yang sesuai dengan
realitas dunianyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
2. Mendesain
perencanaan proyek (design a plan for the project)
Perencanaan dilakukan
secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Perencanaan berisi
tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin,
serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian
proyek.
3. Menyusun jadwal
(create a schedule)
Pengajar dan peserta
didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek.
Aktivitas pada tahap ini antara lain:
- Membuat timeline untuk menyelesaikan proyek
- Membuat deadline menyelesaikan proyek
- Membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru
- Membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek
- Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
Pengajar bertanggung
jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek.
5. Menguji hasil
(assessthe outcorne)
Penilaian dilakukan
untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam
mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang
tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam
menyusun strategi pembelajaran perikutnya.
6. Mengevaluasi
pengalaman (evaluate the experience)
Pengajar dan peserta
didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah
dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok.
Karakteristik Berpikir Kritis
Menurut Seifert dan Hoffnung (dalam Desmita,
2010:154), terdapat empat komponen berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:
- Basic operations of reasoning. Untuk berpikir secara kritis, seseorang memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menggeneralisasi, menarik kesimpulan deduktif dan merumuskan langkah-langkah logis lainnya secara mental.
- Domain-specific knowledge. Dalam menghadapi suatu problem, seseorang harus mengetahui tentang topik atau kontennya. Untuk memecahkan suatu konflik pribadi, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang person dan dengan siapa yang memiliki konflik tersebut.
- Metakognitive knowledge. Pemikiran kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika ia mencoba untuk benar-benar memahami suatu ide, menyadari kapan ia memerlukan informasi baru dan mereka-reka bagaimana ia dapat dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi tersebut.
- Values, beliefs and dispositions. Berpikir secara kritis berarti melakukan penilaian secara fair dan objektif. Ini berarti ada semacam keyakinan diri bahwa pemikiran benar-benar mengarah pada solusi. Ini juga berarti ada semacam disposisi yang persisten dan reflektif ketika berpikir.
Sedangkan menurut Beyer (dalam Surya, 2011:137),
terdapat delapan karakteristik dalam kemampuan berpikir kritis, yaitu:
- Watak (dispositions). Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis (tidak mudah percaya), sangat terbuka, menghargai kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.
- Kriteria (criteria). Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
- Argumen (argument). Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Namun, secara umum argumen dapat diartikan sebagai alasan yang dapat dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
- Pertimbangan atau pemikiran (reasoning). Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
- Sudut pandang (point of view). Sudut pandang adalah cara memandang atau landasan yang digunakan untuk menafsirkan sesuatu dan yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang atau menafsirkan sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
- Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria). Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan masalah, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengindentifikasikan asumsi atau perkiraan-perkiraan.
Menurut Ennis (dalam Maftukhin, 2013:24), terdapat
lima kelompok indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:
- Klarifikasi Dasar (Elementary Clarification). Klarifikasi dasar terbagi menjadi tiga indikator yaitu (1) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, (2) Menganalisis argumen, dan (3) Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan atau pertanyaan yang menantang.
- Memberikan Alasan untuk Suatu Keputusan (The Basis for The Decision). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan (2) Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.
- Menyimpulkan (Inference). Tahap menyimpulkan terdiri dari tiga indikator (1) Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (2) Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan (3) Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan.
- Klarifikasi Lebih Lanjut (Advanced Clarification). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) Mengidentifikasikan istilah dan mempertimbangkan definisi dan (2) Mengacu pada asumsi yang tidak dinyatakan.
- Dugaan dan Keterpaduan (Supposition and Integration). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator (1) Mempertimbangkan dan memikirkan secara logis premis, alasan, asumsi, posisi, dan usulan lain yang tidak disetujui oleh mereka atau yang membuat mereka merasa ragu-ragu tanpa membuat ketidaksepakatan atau keraguan itu mengganggu pikiran mereka, dan (2) Menggabungkan kemampuan-kemampuan lain dan disposisi-disposisi dalam membuat dan mempertahankan sebuah keputusan.
Sedangkan menurut Fisher (dalam Rahmawati, 2011:8),
indikator kemampuan berpikir kritis antara lain adalah sebagai berikut:
- Mengidentifikasi unsur-unsur dalam kasus beralasan, terutama alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan.
- Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi.
- Memperjelas dan menginterpretasikan pernyataan-pernyataan dan ide-ide.
- Mengadili penerimaan, terutama kredibilitas, dan klaim-klaim.
- Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya.
- Menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan penjelasan-penjelasan.
- Menganalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan-keputusan.
- Menyimpulkan.
- Menghasilkan argumen-argumen.
Kata argumentasi berasal dari kata “argumen” yang bearti alasan.
Argumentasi merupakan usaha yang dilakukan seseorang dalam menyampaikan suatu
pendapat yang disertai fakta yang menguatkan pendapat tersebut. Menurut Siegel
(1995) argumentasi memainkan peran penting dalam membangun penjelasan, model
dan teori-teori. Kemampuan argumentasi memainkan peran utama dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kritis serta pemahaman terhadap permasalahan
dan suatu gagasan.
Menurut Deane dan Song (2014), kemampuan argumentasi merupakan salah satu
kemampuan berpikir yang paling kompleks dalam proses pembelajaran. Salah satu
tujuan pembelajaran dengan mengembangkan kemampuan argumentasi adalah untuk
mengenalkan literasi sains yang menyiapkan siswa untuk bertanggung jawab sebagai
bagian dari masyarakat dan warga negara di masa depan.
Aspek pada Kemampuan
Argumentasi
Kemampuan argumentasi menurut McNeill & Krajcik (2006) memuat aspek
berupa claim, evidence dan reasoning.
- Claim merupakan pernyataan yang menjawab permasalahan.
- Evidence menurut Wilson, Taylor, Kowalski & Carlson, (2010) merupakan data ilmiah yang mendukung suatu pernyataan.
- Reasoning merupakan pembenaran terkait pernyataan dan bukti.
Suatu argumen yang berkualitas harus mampu menghadirkan komponen tersebut
dengan jelas dan logis. Komponen argumentasi dapat dikembangkan melalui proses
pembelajaran yang tepat. Selama proses pembelajaran, guru cenderung mendominasi
kelas dengan mengajukan banyak pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengarahkan dan
memberikan penjelasan materi, sehingga peserta didik kurang terlatih dalam
berargumen. Pertanyaan yang diajukan guru hanya berupa pertanyaan yang
membutuhkan jawaban singkat atau pertanyaan yang bersifat mengulang, sehingga
kurang mengakomodasi kemampuan berpikir peserta didik.
Berikut Merupakan
Inovasi Yang Saya Buat
Materi : Bentuk
Molekul
Model : Project Based Learning (PJBL)
Dampak : Kemampuan Berpikir
Kritis dan Argumentasi
Pertemuan : Ke-1
Model Konvensional (Model PJBL)
|
Inovasi Sintaks Model PJBL
|
Dampak Berpikir Kritis dan Argumentasi
|
Menentukan Pertanyaan Mendasar
|
Orientasi masalah
|
|
Guru
mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran
|
Guru menginfomasikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
|
[Mengatur strategi dan taktik]
Berinteraksi dengan orang lain
|
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
|
Mengarahkan siswa membentuk kelompok dengan mengkondisikan setiap
kemampuan dan karakter siswa sebaik mungkin (merata)
|
|
Guru
memberikan stimulasi berupa penayangan video
|
Membagikan LKPD bentuk molekul kepada masing-masing Individu
|
[Memberikan penjelasan sederhana]
Mengidentifikasi pertanyaan untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin
|
Guru
memberikan soal atau masalah yang berhubungan dengan pembelajaran
|
Guru mengarahkan kepada pertanyaan yang menjadi permasalahan yang
terdapat pada LKPD
|
[Memberikan penjelasan sederhana]
Mengidentifikasi pertanyaan
|
Mendesain Perencanaan Proyek
|
Meramalkan (Predict)
|
|
Guru
meminta siswa duduk dalam kelompok yang telah dibagi sebelumnya
|
Guru
meminta siswa duduk dalam kelompok yang telah dibagi sebelumnya
|
|
Pemodelan (Modelling)
|
||
Guru mengarahkan siswa menggunakan
alat dan bahan yang sesuai dengan e-LKPD
|
[Mengatur keterampilan dasar]
Menggunakan prosedur yang ada
|
|
Guru
mengarahkan siswa untuk membuat sebuah proyek yang dapat menyelesaikan
permasalahan yang telah dikemukakan
|
Guru mengarahkan siswa untuk merancang
percobaan dan bekerjasama dalam melakukan percobaan
|
[Mengatur Inferensi]
Menyeimbangkan, menimbang, dan
memutuskan
|
Guru
membimbing siswa dalam membuat langkah kerja sebuah proyek yang akan
dilaksanakan
|
Mengarahkan siswa untuk merancang pemodelan atau reflika bentuk
molekul seperti pada LKPD yang telah ditampilkan sebelumnya, sesuai dengan
permasalahan yang diberikan menggunakan Molimod/ plestisin dan sebagainya
yang dapat dimanfaatkan
|
Menurut Fisher
“keterampilan menganalisis,
mengevaluasi, dan menghasilkan
|
Menyusun Jadwal
|
Menyusun Jadwal
|
|
Guru
meminta siswa untuk membuat timeline untuk menyelesaikan sebuah proyek
|
Guru
meminta siswa untuk membuat timeline untuk menyelesai-kan
sebuah proyek
|
Claim
Siswa
melakukan diskusi untuk membuat timeline dalam menyelesaikan
sebuah proyek
|
Guru
meminta siswa membuat deadline menyelesaikan sebuah proyek
|
Guru
meminta siswa membuat deadline menyelesaikan sebuah proyek
|
Claim
Siswa
melakukan diskusi untuk membuat deadline dalam menyelesaikan
sebuah proyek
|
Guru
meminta siswa untuk membuat penjelasan tentang pemilihan suatu cara
penyelesaian sebuah proyek
|
Guru
meminta siswa untuk membuat penjelasan tentang pemilihan suatu cara
penyelesaian sebuah proyek. Cara disini maksudnya
pemilihan alat yang digunakan seperti penghubung antar atom menggunakan tusuk
gigi/lidi kelapa untuk menyatukan plestisin
|
Claim
Siswa
melakukan diskusi untuk menentukan proyek apa yang akan dikerjakan untuk
menjawab permasalahan
|
Memonitor
Peserta didik dan kemajuan proyek
|
Memonitor
Peserta didik dan kemajuan proyek
|
|
Guru
melakukan monitoring dan pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
dalam pelaksanaan sebuah proyek dan pengumpulan data
|
Guru
melakukan monitoring dan pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
dalam pelaksanaan sebuah proyek dan pengumpulan data
|
Claim
Siswa pada
masing-masing kelompok berdiskusi dalam melakukan pengumpulan data
|
Guru
melakukan monitoring dan pengarahan berupa pertanyaan peertanyaan kepada
siswa dalam menganalisis data
|
Guru
melakukan monitoring dan pengarahan berupa pertanyaan peertanyaan kepada
siswa dalam menganalisis data (Informasi dari beberapa sumber untuk
menyelesaikan permasalahan pada LKPD yang dikaitkan dengan pemodelan/produk)
|
Claim
Siswa pada
masing-masing kelompok berdiskusi dalam melakukan pengumpulan data
Reasoning
Siswa pada
masing-masing kelompok berdiskusi dalam menemukan literature yang mendukung
jawaban siswa di pengumpulan data
|
Guru
melakukan monitoring dan pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
dalam menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh dari sebuah proyek yang
dilakukan
|
Guru
melakukan monitoring dan pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa
dalam menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh dari sebuah proyek yang
dilakukan (dilakukan Perkelompok)
|
Claim
Siswa pada
masing-masing kelompok berdiskusi dalam melakukan pengumpulan data
Reasoning
Siswa pada
masing-masing kelompok berdiskusi dalam menemukan literature yang mendukung
jawaban siswa di pengumpulan data
Evidence
Siswa
mengaitkan dan menyimpulkan pernyataannya yang didukung oleh teori yang ada
sehingga jelas hubungannya dan melihat apakah jawaban bermakna
|
Menguji Hasil
|
Menguji Hasil
|
|
Guru
meminta siswa untuk mempersentasekan proyek yang telah dipersiapkan
|
Guru
meminta siswa untuk mempersentasekan proyek yang telah dipersiapkan
|
Claim
Siswa
bersama rekan kelompok mempersentasikan proyek hasil diskusi yang menjawab
permasalahan tadi
|
Bertanya (questioning)
|
||
Mendorong siswa dari kelompok lain mengajukan
pertanyaan terkait materi proyek yang dibuat temannya
|
[Klarifikasi Dasar (Elementary Clarification)]
Bertanya dan menjawab pertanyaan
klarifikasi dan atau pertanyaan yang menantang
|
|
Mendorong siswa yang mepresentasiakan
untuk menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh temannya
|
[Klarifikasi Dasar (Elementary Clarification)]
Bertanya dan menjawab pertanyaan
klarifikasi dan atau pertanyaan yang menantang
Claim merupakan
pernyataan yang menjawab permasalahan
Evidence merupakan data ilmiah yang mendukung suatu pernyataan.
Reasoning merupakan pembenaran terkait pernyataan dan bukti
|
|
Guru
meminta siswa untuk membuktikan sebuah proyek yang telah dibuat berdasarkan
teori yang ada
|
Guru
meminta siswa untuk membuktikan sebuah proyek yang telah dibuat berdasarkan
teori yang ada
|
Claim
Siswa
bersama rekan kelompok mempersentasikan proyek hasil diskusi yang menjawab
permasalahan tadi
Reasoning
Siswa
mempersentasikan teori yang mendukung pernyataan persentasi mereka
Evidence
Siswa
mengkaitkan antara pernyataan mereka dan didukung oleh teori dari literature
sehingga jelas hubungannya dan melihat apakah jawaban bermakna
|
Guru
menilai siswa sejak perencanaan, penjadwalan, hingga menyimpulkan pengetahuan
yang diperoleh
|
Guru
menilai siswa sejak perencanaan, penjadwalan, hingga menyimpulkan pengetahuan
yang diperoleh
|
-
|
Guru
memberikan kesimpulan akhir untuk menyamakan pengetahuan yang dimiliki siswa
|
Guru membantu siswa membuat kesimpulan akhir
untuk menyamakan pengetahuan yang dimiliki siswa
|
[Mengatur strategi dan taktik]
Presentasi solusi, lisan atau tulisan
[Mengatur Inferensi]
Membuat kesimpulan
[Mengatur keterampilan dasar]
Terlibat dalam menyimpulkan
|
Mengevaluasi
Pengalaman
|
Mengevaluasi
Pengalaman
|
|
Guru
memberikan siswa refleksi hasil belajar dengan memberikan soal posttest
|
Guru
memberikan siswa refleksi hasil belajar dengan memberikan soal posttest
|
Claim
Siswa
menjawab soal post test
Reasoning
Siswa
merujuk pada teori di literatur
Evidence
Siswa
menganalisis dan mengaitkan antara jawabannya dengan teori
|
Guru memberikan
tugas kepada siswa untuk dikerjakan dirumah berupa proyek pada pertemuan
selanjutnya
|
||
Guru
meminta siswa untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikan sebuah proyek
|
Guru
meminta siswa untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikan sebuah proyek
|
Claim
Siswa
mengungkapkan perasaan mereka selama menyelesaikan proyek
|
yok
silahkan di comment, berikan pendapat temen-temen.
Apakah
tabel tersebut sudah dapat dikatakan inovasi yang dpat menimbulkan sikap kritis
dan kemampuan argumentasi atau hanya sekedar memindah sintak yang sudah ada?
Apakah model
PjBL ini cocok diterapkan untuk materi bentuk molekul?
Inovasi
seperti apa lagi yang dapat di tambahkan kedalam materi bentuk molekul agar
menjadi lebih epektif dalam proses keterlaksanaannya sehingga melahirkan siswa
yg kritis?
Menurut saya dalam inovasi yg bang sugeng buat sudah bagus. Namun disini mnurut saya dampak yg akan di munculkan siswa terlalu banyak.sehingga kurang efektif. Mungkin ckup kemampuan dalam berargumentasi atau kemampuan berpikir kritis saja. Karena kan kita jg harus mnilai karakteristik dari materi yg bg sugeng ambil. Yaitu bentuk molekul. Jadi menurut saya ini fokusnya terlalu banyak. Saran saya lihat dlu karakteristrik materi nya kmudian baru bg sugeng tentukan mau kemana hasil belajar ini di fokuskan.
BalasHapusSaya setuju dengan dian, dampak yang ditimbulkan terlalu banyak. Yang padahal di dalam argumentasi sendiri juga secara tersirat sudah ada dampak berfikir kritis dimana siswa menimbulkan claim, reasoning dan evidence. Pada aspek claim sendiri sudah memberikan penjelasan sederhana dan sudah mengidentifikasi masalah. Pada aspek Reasoning sudah membangun keterampilan dasar yakni mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, pada evidence sendiri siswa sudah mengkaitkan hubungan antara Claim dan Reasoning ini sudah menimbulkan aspek membuat inferhensi yakni membuat kesimpulan. Jadi sebaiknya dipilih salah satu saja karena keduanya sama-sama menimbulkan berfikir kritis.
HapusSaya setuju dengan dian dan kak fanny bahwa dampak yg akan di munculkan siswa terlalu banyak.sehingga kurang efektif.karna jika dilihat dari segi indikator nya aja ada memiliki persamaan, di dalam argumentasi sendiri juga secara tersirat sudah ada dampak berfikir kritis dimana siswa menimbulkan claim, reasoning dan evidence.
Hapusapa alasan abang menggabungkan dua pengaruh yaitu Berpikir Kritis dan Argumentasi ?
saya sependapat dengan teman-teman bahwa dampak yang ditimbulkan terlalu banyak. Yang padahal di dalam argumentasi sendiri juga secara tersirat sudah ada dampak berfikir kritis dimana siswa menimbulkan claim, reasoning dan evidence.
HapusOke, terimaksih atas saran yg diberikan, alangkah baiknya jika proyek yang dibuat oleh siswa dapat berimplikasi terhadap lingkungan/aktivitas sehari-hari berdasarkan materi bentuk molekul, jadi proyek dan karya yang dihasilkan tidak hanya menjadi pajangan semata, namun memiliki multifungsional?
BalasHapusKarya seperti ap menuru saudari yg bisa dibuat atw d sesuaikan dengan materi bentuk molekul.
menurut Beyer karakteristik dalam kemampuan berpikir kritissalah satunya yaitu:
BalasHapusArgumen (argument). Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Namun, secara umum argumen dapat diartikan sebagai alasan yang dapat dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
Itu alasannya kenapa saya menambahkan jg kmampuan berargumentasi.
Kalau begitu cukup argumentasi saja sesuai dengan penjelasan kk fanny di atas tdi.
Hapustetapi berkenaan dengan tanggapan saudari Rifanny, bagaimana jika kita menganggkatnya sebagai variabel moderator dri keterampilan berpikir kritis itu kemampuan argumentasi.
Hapusmenurut saya inovasi sintaks yang Anda buat telah bagus namun dengan materi bentuk molekul belum sepenuhnya cocok karna membutuhkan intensitas waktu yang cukup lama dalam pemilihan bentuk molekul yang baru.
BalasHapusmenurut saya sudah baik dalam mebuat inovasinya tapi dalam bergargumentasi daya rasa kurang karena ini lebih ke sikap berpikir kritis.. ada beberapa part untuk berargumentasi tapi kurnag ada penekanan karena siswa sebaiknya juga dipacu dalam menyampaikan kebenaran dari pendaptanya masing-masing dan disesuaikan dengan fakta.
BalasHapussependapat dengan wiwid bahwa dalam mebuat inovasinya sugeng sudah cukup baik tapi dalam bergargumentasi masih belum memuaskan karena sintaks ini lebih ke sikap berpikir kritis ada beberapa bagian untuk berargumentasi tapi kurnag penekanan karena siswa sebaiknya juga dipacu dalam menyampaikan kebenaran dari pendaptanya masing-masing dan disesuaikan dengan fakta.
Hapussaya juga sependapat dengan kak rahma dan kak nelly bahwa dalam mebuat inovasinya sugeng sudah cukup baik tapi dalam bergargumentasi masih belum memuaskan karena sintaks yang diinivasikan ini lebih ke sikap berpikir kritis.
Hapussaran saya jika sugeng ingin memunculkan/mengukur sikap argumentasi dapat menggunakan pada tahap evaluasi pengalaman dengan menggunakan soal argumentasi.
menurut saya, kata karya disini bukan berarti membuat, namun lebih tepatnya menemukan bentuk molekul dalam kehidupan sehaari. misal tujuan pembelajaran mengetahui senyawa-senyawa yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
BalasHapusmenurut pendapat saya sintaks nya seperti terbagi menjadi 2, selang seling antara berfikir kritis dan kemampuan argumentasi. jika memang dibuat seperti ini, apakah memang benar akan efektif ?
BalasHapusmohon maaf jika pemaknaannya menjadi seperti ini, sebenarnya tidak semua selang seling karna kita menyesuaikan dengan indikator dan tahapan pada bagian "Mendorong siswa yang mepresentasiakan untuk menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh temannya" ada perpaduan yang dilakukan siswa ini memang bener-bener bisa diamati secara bersamaan.
Hapusmenanggapi pernyataan bang sugeng ini menurut saya perpaduan yang dilakukan pada mengkatkan kemampuan siswa memang dapat bisa diamati secara bersamaan. namun pada prinsipnya jika siswa telah berargumentasi maka tentu siswa tersebut telah melakukan berpikir kritis.
Hapusem jadi maksud saudari disini seperti bentuk molekol air?
BalasHapusMenurut saya dari segi hasil proyek saya setuju dnegan pendapat rini bahwa ssbaiknya ada barang real yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari2, jadi siswa bukan hanya mengumpulkan tigas hanya sbg pajangan dan menambah nilai, dan juga tentang implikasi dari pjbl yg saudara pilih berpikir kritis dan argumentasi, saya setuju dengan pendapat dian dan rifanny dan dhani bawha memang akan lebih efisien dan efektif jika memang hanya 1 fokus saja
BalasHapusmaksud saya karya yang disini misalnya karya yang berasal dari sampah sedotan atau apapun yang bisa dijadikan alat peraga bentnuk molekul dan atau lain sebagianya jadi tidak hanya pajangan dari "barang baru" tetapi bisa dari bahan recycle, begitu maksud saya sugeng.
BalasHapus