Minggu, 27 Januari 2019

MATERI 1 : DESIGNING AUTHENTIC ASSESSMENT IN CHEMISTRY EDUCATION

Kurikulum 2013 menitikberatkan pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga komponen tersebut secara eksplisit dinyatakan dalam kompetensi inti yang harus dimiliki siswa. Kurikulum 2013 juga mengatur kegiatan pembelajaran yang mengutamakan pendekatan scientific (ilmiah) yaitu mengamati, menanya, melatih, mencoba, menalar, dan meng-komunikasikan. Perubahan yang mendasar itu juga berdampak pada sistem penilaian yang lebih mengarah ke penilaian otentik.
Salah satu penekanan di dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. Seperti yang kita ketahui penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang memberikan gambaran mengenai perkembangan siswa setelah siswa mengalami proses pembelajaran. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Dalam Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Berdasarkan Permendikbud tersebut dijelaskan, bahwa penilaian terdiri atas: tes tulis, tes lisan, praktek dan kinerja (unjuk kerja/ performance), observasi selama kegiatan pembelajaran dan di luar pembelajaran, serta penugasan (terstruktur dan tugas mandiri tak terstruktur). Penilaian otentik sebagai bentuk penilaian yang mencerminkan hasil belajar sesungguhnya, dapat menggunakan berbagai cara atau bentuk. Kunandar menyatakan, bahwa penilaian otentik antara lain melalui penilaian proyek atau kegiatan siswa, penggunaan portofolio, jurnal, demonstrasi, laporan tertulis, ceklis dan petunjuk observasi. Tujuan penilaian otentik adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata, di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Penilaian otentik juga dapat digunakan untuk menjamin informasi yang sebenar-benarnya tentang kemampuan atau kompetensi peserta didik.
Kurikulum 2013 menitikberatkan pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga komponen tersebut secara eksplisit dinyatakan dalam kompetensi inti yang harus dimiliki siswa. Kurikulum 2013 juga mengatur kegiatan pembelajaran yang mengutamakan pendekatan scientific (ilmiah) yaitu mengamati, menanya, melatih, mencoba, menalar, dan meng-komunikasikan. Perubahan yang mendasar itu juga berdampak pada sistem penilaian yang lebih mengarah ke penilaian otentik.
Salah satu penekanan di dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. Seperti yang kita ketahui penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang memberikan gambaran mengenai perkembangan siswa setelah siswa mengalami proses pembelajaran. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Dalam Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Berdasarkan Permendikbud tersebut dijelaskan, bahwa penilaian terdiri atas: tes tulis, tes lisan, praktek dan kinerja (unjuk kerja/ performance), observasi selama kegiatan pembelajaran dan di luar pembelajaran, serta penugasan (terstruktur dan tugas mandiri tak terstruktur). Penilaian otentik sebagai bentuk penilaian yang mencerminkan hasil belajar sesungguhnya, dapat menggunakan berbagai cara atau bentuk. Kunandar menyatakan, bahwa penilaian otentik antara lain melalui penilaian proyek atau kegiatan siswa, penggunaan portofolio, jurnal, demonstrasi, laporan tertulis, ceklis dan petunjuk observasi. Tujuan penilaian otentik adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata, di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Penilaian otentik juga dapat digunakan untuk menjamin informasi yang sebenar-benarnya tentang kemampuan atau kompetensi peserta didik.
1. Pengertian Penilaian Otentik
Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Penilaian otentik adalah melaksanakan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai macam cara yang berhubungan dengan tugas guru yakni menilai sejauhmana keberhasilan pembelajaran. "Newman dan Wehlage dalam Peter Rennert-Ariev dan Loyola College mengatakan, bahwa “who claim that assesments help studens create discourse, products, and performance, that have value or meaning beyond success in school”.Penilaian otentik dapat membantu peserta didik membuat wacana, produk, dan pertunjukan yang memiliki nilai atau makna melampui kesuksesan di sekolah.
2. Prinsip-prinsip Penilaian Otentik
Sebagai bagian dari kurikulum 2013, penilaian otentik sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan komponen yang ada di dalamnya.namun disini guru mempunyai posisi yang sentral dalam menentukan keberhasilan dan kegagalan dalam pembelajaran. Untuk itu penilaian otentik harus memperhatikan beberapa prinsip-prinsip diantaranya adalah:
  • Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
  • Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. 
  • Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
  • Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
  • Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihakpihak yang berkepentingan.
  • Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
  • Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
  • Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
  • Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
3. Model Penilaian Otentik
Banyak tugas dan kegiatan penilaian pembelajaran yang dapat dikelompokkan ke dalam penilaian otentik selama tugas tersebut sesuai dengan hakikat penilaian otentik. O'Malley dan Pierce menyebutkan beberapa model penilaian otentik, antara lain wawancara lisan, menceritakan kembali teks, menulis sampel, proyek dan pameran, eksperimen atau demonstrasi, constructed-response items, pengamatan guru, dan portofolio Sementara itu, model penilaian otentik yang disebutkan oleh Nurgiyantoro antara lain penilaian kinerja, wawancara lisan, pertanyaan terbuka, menceritakan kembali teks atau cerita, portofolio, dan proyek. Model penilaian otentik juga disebutkan oleh Kemendikbud, antara lain penilaian kinerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, dan penilaian tertulis.
4. Ruang Lingkup Penilaian Otentik
Permendikbud Nomor 53 tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah bahwa ruang lingkup dalam penilaian otentik mencakup kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.
5. Teknik dan Instrumen Penilaian Otentik
Teknik dan instrumen penilaian otentik untuk menilai kemajuan belajar siswa yang meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian otentik dalam implementasi kurikulum 2013 mengacu kepada standar penilaian yang terdiri dari:
  1. Penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal
  2. Pengetahuan melalui tes tulis, tes, lisan, dan penugasan.
  3. Keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
a. Penilaian Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial
Berdasarkan Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 53 tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, bahwa ada beberapa cara yang yang dapat digunakan untuk menilai sikap spiritual dan sikap sosial siswa, yaitu observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman. Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah lembar observasi atau jurnal. Hasil observasi dicatat dalam jurnal yang dibuat selama satu semester oleh guru kimia, guru BK, dan wali kelas Instrumen yang digunakan untuk penilaian diri berupa lembar penilaian diri yang dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak bermakna ganda, dengan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik, dan menggunakan format sederhana yang mudah diisi peserta didik. Instrumen yang digunakan untuk penilaian antar teman berupa lembar penilaian antar teman menggunakan daftar cek.
Pengamatan dapat menggunakan lembar pengamatan dalam bentuk daftar cek atau skala penilaian, dilakukan pada saat aktivitas pembelajaran berlangsung. Pengamatan sikap dalam Kimia misalnya kerjasamadan santun dapat dilakukan pada kegiatan kerja kelompok. Sedangkan pengamatan sikap disiplin, jujur, mampu membedakan fakta dan opini, serta teliti dapat dilakukan saat melakukan percobaan (eksperimen) Kimia.
Jurnal adalah catatan pendidik yang sistematis di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal yang dibuat oleh guru dapat berisi perilaku peserta didik baik yang positif maupun negatif, dilengkapi dengan waktu terjadinya perilaku tersebut. Jurnal dapat memuat penilaian terhadap peserta didik pada aspek tertentu secara kronologis.

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Berbagai teknik penilaian pengetahuan dapat digunakan sesuai karakteristik masing-masing KD. Teknik yang biasa digunakan adalah tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Instrumen tes tertulis dapat berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen tes lisan dapat berupa kuis dan tanya jawab. Instrumen penugasan dapat berupa pekerjaan rumah dan/ atau proyek yang dikerjakan secara individu atau klompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Tes Tertulis : Penilaian tertulis atas hasil pembelajaran kimia tetap lazim dilakukan. Tes tertulis dapat berupa memilih atau mengisi jawaban. . Memilih jawaban dapat berbentuk pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mengisi jawaban terdiri atas isian/ melengkapi, jawaban singkat/ pendek, dan uraian. Butir soal yang disusun harus memenuhi kaidah penulisan butir soal yang meliputi substansi/materi, konstruksi, dan bahasa.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pada tes tertulis berbentuk uraian, hendaknya guru Kimia memberi kesempatan peserta didik untuk memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Tes tertulis berbentuk uraian pada mata pelajaran Kimia biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada pendidik untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.
 Tes Lisan : Tes lisan dalam pembelajaran kimia adalah tes yang menuntut peserta didik memberikan jawaban secara lisan. Meskipun jawabannya secara lisan bukan berarti bahwa pertanyaan yang diajukan hanya menyangkut tingkat berpikir rendah (low order thinking), tetapi dapat juga diajukan pertanyaan yang menuntut penalaran dan berpikir kritis. Oleh karena itu dalam melaksanakan tes lisan, guru Kimia perlu menyiapkan daftar pertanyaan yang disampaikan melalui tanya jawab secara langsung dengan peserta didik. Kriteria tes lisan dalam pembelajaran kimia adalah sebagai berikut:
  1. Tes lisan dapat digunakan jika sesuai dengan kompetensi pada taraf pengetahuan yang hendak dinilai;
  2. Pertanyaan tidak boleh keluar dari bahan ajar yang ada;
  3. Pertanyaan diharapkan dapat mendorong peserta didik dalam mengkontruksi jawabannya sendiri;
  4. Disusun dari pertanyaan yang sederhana ke pertanyaan yang komplek.
Contoh pertanyaan pada tes lisan:
a. Bagaimana cara memberi nama senyawa hidrokarbon?
b. Senyawa apa yang terbentuk pada reaksi pembakaran hidro karbon

Penugasan : Instrumen penugasan dapat berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek yang harus dikerjakan oleh peserta didik, baik secara individu atau kelompok, sesuai dengan karakteristik tugas. Contoh tugas Kimia:”Membuat bahan presentasi mengenai bahan bakar alternatif selain minyak bumi dan gas alam”.
c. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain penilaian praktik/kinerja, proyek, dan portofolio. Instrumen yang digunakan berupa skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. Penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu, seperti: praktikum kimia di laboratorium dan presentasi. Penilaian proyek (project based assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek dapat mengukur pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Penialain produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produkproduk, teknologi, dan seni. Pengembangan produk meliputi 3 tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu: 
  1. Tahap persiapan,, meliputi penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk; 
  2. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik; 
  3. Tahap penilaian produk, meliputi penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan, misalnya berdasarkan tampilan, fungsi, dan estetika. 

Penilaian produk biasanya menggunakan cara analitik atau holistik. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan (tahap persiapan, pembuatan produk, dan penilaian produk). Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan hanya pada tahap penilaian produk. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Melalui penilaian portofolio guru Kimia akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya peserta didik dalam menyusun atau membuat laporan praktikum Kimia selama satu semester. Atas dasar penilaian itu, pendidik dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran Kimia.
Tes Praktik : Tes praktik dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik pada waktu melakukan praktik Kimia. Dalam tes praktik perlu dibuat rubrik penilaian, yaitu daftar kriteria yang menunjukkan kinerja dan aspek-aspek atau konsep-konsep yang akan dinilai, dan gradasi mutu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan praktik di laboratorium, misalnya praktik mengenai “Daya hantar listrik pada berbagai larutan”.
Penilaian Proyek : Penilaian proyek (project based assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek dapat mengukur pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari pendidik.
  • Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
  • Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
  • Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan dan hasil proyek. Dalam kaitan ini kegiatan yang harus dilakukan oleh pendidik meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.Contoh tugas proyek Kimia: “Membuat bahan bakar alternatif Naskah Pembelajaran Kimia selain minyak bumi dan gas alam dari bahan-bahan yang terdapat di lingkungan sekitar peserta didik”.
Penilaian Portofolio : Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik mata pelajaran Kimia. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh pendidik, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Melalui penilaian portofolio guru Kimia akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya peserta didik dalam menyusun atau membuat laporan praktikum Kimia selama satu semester.. Atas dasar penilaian itu, pendidik dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran Kimia.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
  • Pendidik menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
  • Pendidik atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
  • Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan pendidik menyusun portofolio pembelajaran.
  • Pendidik menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
  • Pendidik menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
  • Jika memungkinkan, pendidik bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
  • Pendidik memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
Berdasarkan pemaparan diatas terdapat beberapa masalah sebagai berikut :
  • Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada kurikulum 2013, oleh sebab itu penilaian hasil pembelajaran kimia harus dikembangkan sesuai dengan konsep penilaian kurikulum 2013. Bagaimana kita merancang penilaian otentik agar semua aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan pada pemebelajaran kimia agar dapat ternilai dengan baik!
  • Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam membuat penilaian ? Kapan waktu yang tepat untuk melakukan penilaian pada setiap ranah (sikap, keterampilan dan pengetahuan) tolong berikan pendapat saudara/i.



12 komentar:

  1. saya akan mencoba menjawab pertanyaan sugeng yakni Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam membuat penilaian ? Kapan waktu yang tepat untuk melakukan penilaian pada setiap ranah (sikap, keterampilan dan pengetahuan) tolong berikan pendapat saudara/i.

    sebetulnya pada materi yang sugeng paparkan sudah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan namun saya akan sedikit menambahkan. Moon, et al., (2005: 120) menyatakan bahwa penggunaan penilaian otentik, harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
    (a) difokuskan pada isi yang esensial;
    (b) secara mendalam terarah pada masalah;
    (c) fleksibel dan mudah dilaksanakan;
    (d) difokuskan pada kemampuan untuk menghasilkan suatu produk atau kinerjar;
    (e) mengembangkan kekuatan dan keahlian siswa;
    (f) mempunyai kriteria yang disepakati antara guru dan siswa;
    (g) menyediakan berbagai cara di mana siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya;
    (h) memerlukan penskoran.
    yang difokuskan pada esensi tugas.

    kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan penilaian baik itu kognitif afektif maupun psikomotor, menurut saya pada saat proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa misalnya pada saat diskusi kelompok, maupun pada saat praktikum dilaboratorium. nah, pada saat itu kt bisa menilai siswa secara langsung melalui observasi, bisa juga dengan menggunakan format penilaian diri sendiri, penilaian teman/partner kelompok, ranah afektif dan psikomotor dapat dilakukan secara bersamaan saat proses pembelajaran berlangsung (eg. pada saat eksperimen berjalan) sedangkan kognitif bisa saja dilakukan sebelum memulai kegiatan belajar maupun pada akhir pembelajaran (utk akhir pembelajaran bisa dengan memberikan tes tertulis uraian maupun pilihan ganda). tergantung bagaimana guru mensiasatinya sebenarnya, sehingga 3 aspek ini dapat dinilai secara objektif sesaat sebelum, selama serta setelah pembelajaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju dengan kak rini. Bahwa pembelajaram di abad 21 ini sudah berorientasi pada siswa. Dimana siswa harus lebih aktif. Nah untuk menilai dari 3 aspek penilaian otentik ini. Pertama untuk penilian sikap bisa di milai mulai dari awal pembelajaran. Misalny absensi siswa dll. Dan tidak lupa untuk membuat catatan pendidik selama proses pembelajaran. Kedua penilian keterampilan pada saat berdiskusi atau praktikum atau membuat suatu prkaarya bisa dengan menggunakan penilaian onservasi perkelompok. Ketiga baru penialain kognitif dimana di lakukan uji tes terakhir berupa latiahan soal untuk melihat sejauh mana siswa menangkap materi pelajaran.

      Hapus
    2. saya setuju dengan kk rini dan dian bahwasannya waktu untuk melakukan penilaian autentik pada ketiga aspek yaitu pada awal,proses dan akhir pembelajaran. pada awal pembelajaran bisa dilihat pada absen siswa (sikap). pada proses pembelajaran saat diskusi kelompok (keterampilan) dan di akhir pembelajaran bisa dilakukan dengan tes berupa soal-soal (kognitif).

      Hapus
    3. Saya sependapat dengan teman2 semua dimana hal-hal yg dpt di perhatiakan saat Pelaksanaan penilaian otentik tidak lagi menggunakan format-format penilaian tradisional (multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test), tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu masalah. Format penilaian ini dapat berupa : a) tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli ke hadapan siswa (hands-on penilaian), b) tugas (tugas ketrampilan, tugas investigasi sederhana dan tugas investigasi terintegrasi), c) format rekaman kegiatan belajar siswa (misalnya : portfolio, interview, daftar cek, presentasi oral dan debat).

      Waktu yg dpt dilakukakn dlm penilain otentik yaitu saat awal, proses dan akhir pembelajaran.

      Hapus
  2. saat kita merancang terlebih dahulu kita melihat dari Tujuan penilaian autentik yaitu perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif . jika semua tujuan ini telah terlaksana maka hasil yang diperoleh dapat menjawab permasalahan kita

    BalasHapus
  3. Kapan waktu yang tepat untuk melakukan penilaian pada setiap ranah (sikap, keterampilan dan pengetahuan) tolong berikan pendapat saudara/i.

    menurut saya, waktu yang tepat untuk melakukan penilaian pada setiap ranah (sikap, keterampilan dan pengetahuan) yaitu sikap bisa dinilai pada saat proses pembelajaran, keterampilan bisa pada saat proses dan hasil, kemudian pengetahuan bisa pada saat proses dan hasil

    BalasHapus
    Balasan
    1. tentang permaslahan kapan waktu penilaian pada setiap ranah (sikap, keterampilan dan pengetahuan) saya sependapat dengan apa yang disampaikan esa witri. bisa dinilai pada proses selama pembelajran berlangsung. sedangkan pada aspek kognitif/pengetahuan bisa dilakukan pada akhir pembelajaran pada saat evaluasi pembelajaran.

      Hapus
  4. untuk menjawab pertanyaan pertama, disini guru harus mampu melihat secara detail bagaimana karakteristik siswa tsb. bisa juga dari KI,KD dan guru sesuaikan dgn indikator yg akan dicapai. sama seperti kita menilai seseorang, tidak boleh menilai dari tampilan luarnya saja tetapi juga personal dan behaviournya juga

    Kapan waktu yang tepat untuk melakukan penilaian pada setiap ranah (sikap, keterampilan dan pengetahuan) tolong berikan pendapat saudara/i.
    penilaian ini tentunya harus dibantu oleh orang lain pada saat proses pembelajaran karna ada proses yg benar" harus dinilai saat proses tersebut berlangsung.

    BalasHapus
  5. Menurut saya waktu penilaian yang tepat dalam penilaian ketiga aspek (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) adalah ketika sedang melakukan diskusi atau berdemonstrasi. Karena ketiga aspek tersebut akan muncul dan lebih mudah teramati. Karena kita bisa menilai keterampilan melalui cara siswa dalam berkomunikasi, berpendapat, lalu untuk sikap dan pengetahuan tentunya akan selalu ada disetiap pertemuan namun kalau keterampilan biasanya muncul saat materi pembelajaran yang bersifat demonstrasi yang menampilkan keterampilan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sependapat dengan kak fanny menuer saya juga waktu penilaian yang tepat dalam penilaian ketiga aspek (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) adalah ketika proses pembelajaran sedang berlangsung yang paling utama pada saat elakukan diskusi atau berdemonstrasi. Karena ketiga aspek tersebut akan muncul dan lebih mudah teramati. Karena kita bisa menilai keterampilan melalui cara siswa dalam berkomunikasi, berpendapat, lalu untuk sikap dan pengetahuan tentunya akan selalu ada disetiap pertemuan. jika guru merasa cukup kesulitan dengan penilaian ini dapat guru dapat memeinta bantuan orang lain yang berkompeten untuk dapat melaksanakan penilaian otentik ini

      Hapus
  6. Menanggapi pertanyaan pertama dan kedua yang pada prinsipnya saling berkaitan, perlu benar-benar kita sadari bahwa tujuan penilaian itu adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Misalnya, penugasan kepada pembelajar untuk membaca berbagai teks aktual-realistik, menulis topik-topik tertentu sebagaimana halnya di kehidupan nyata, dan berpartisipasi konkret dalam diskusi atau bedah buku, menulis untuk jurnal, surat, atau mengedit tulisan sampai siap cetak. Dalam kegiatan itu, baik materi pembelajaran maupun penilaiannya terlihat atau bahkan memang alamiah. Jadi, penilaian model ini menekankan pada pengukuran kinerja, doing something, melakukan sesuatu yang merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan yang telah dikuasai secara teoretis.

    Penilaian autentik lebih menuntut pembelajar mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan, dan strategi dengan mengkreasikan jawaban atau produk. Siswa tidak sekedar diminta merespon jawaban seperti dalam tes tradisional, melainkan dituntut untuk mampu mengkreasikan dan menghasilkan jawaban yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan teoretis.

    Maka setiap proses semestinya tidak luput dari penilaian/observasi, dan rancangan penilaian hendaknya disesuaikan dengan materi

    BalasHapus
  7. Menurut saya kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan penilaian, baik itu kognitif afektif maupun psikomotor, menurut saya pada saat proses pembelajaran misalnya pada saat diskusi kelompok, maupun pada saat praktikum dilaboratorium. nah, pada saat itu kt bisa menilai siswa secara langsung melalui observasi, baik sevara kogmitif maupun afektif dan psikomotor, dengan menilai cara observasi

    BalasHapus

Materi 7. Penyusunan Rubrik Penilaian Kreativitas (Berpikir Kreatif) dalam Kimia

Definisi Kreativitas Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam su...