Kurikulum
2013 menitikberatkan pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Ketiga komponen tersebut secara eksplisit dinyatakan dalam kompetensi inti yang
harus dimiliki siswa. Kurikulum 2013 juga mengatur kegiatan pembelajaran
yang mengutamakan pendekatan scientific (ilmiah) yaitu
mengamati, menanya, melatih, mencoba, menalar, dan meng-komunikasikan.
Perubahan yang mendasar itu juga berdampak pada sistem penilaian yang lebih
mengarah ke penilaian otentik.
Salah satu
penekanan di dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. Seperti yang kita
ketahui penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang memberikan
gambaran mengenai perkembangan siswa setelah siswa mengalami proses
pembelajaran. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang
menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan
berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang
ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD).
Dalam
Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Berdasarkan Permendikbud tersebut dijelaskan, bahwa penilaian terdiri atas: tes
tulis, tes lisan, praktek dan kinerja (unjuk kerja/ performance),
observasi selama kegiatan pembelajaran dan di luar pembelajaran, serta
penugasan (terstruktur dan tugas mandiri tak terstruktur). Penilaian otentik
sebagai bentuk penilaian yang mencerminkan hasil belajar sesungguhnya, dapat
menggunakan berbagai cara atau bentuk. Kunandar menyatakan, bahwa penilaian
otentik antara lain melalui penilaian proyek atau kegiatan siswa, penggunaan
portofolio, jurnal, demonstrasi, laporan tertulis, ceklis dan petunjuk
observasi. Tujuan penilaian otentik adalah untuk mengukur berbagai
keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata,
di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Penilaian otentik juga
dapat digunakan untuk menjamin informasi yang sebenar-benarnya tentang
kemampuan atau kompetensi peserta didik.
Kurikulum
2013 menitikberatkan pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Ketiga komponen tersebut secara eksplisit dinyatakan dalam kompetensi inti yang
harus dimiliki siswa. Kurikulum 2013 juga mengatur kegiatan pembelajaran
yang mengutamakan pendekatan scientific (ilmiah) yaitu
mengamati, menanya, melatih, mencoba, menalar, dan meng-komunikasikan.
Perubahan yang mendasar itu juga berdampak pada sistem penilaian yang lebih
mengarah ke penilaian otentik.
Salah satu
penekanan di dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik. Seperti yang kita
ketahui penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang memberikan
gambaran mengenai perkembangan siswa setelah siswa mengalami proses
pembelajaran. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang
menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan
berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang
ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD).
Dalam
Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Berdasarkan Permendikbud tersebut dijelaskan, bahwa penilaian terdiri atas: tes
tulis, tes lisan, praktek dan kinerja (unjuk kerja/ performance),
observasi selama kegiatan pembelajaran dan di luar pembelajaran, serta
penugasan (terstruktur dan tugas mandiri tak terstruktur). Penilaian otentik
sebagai bentuk penilaian yang mencerminkan hasil belajar sesungguhnya, dapat
menggunakan berbagai cara atau bentuk. Kunandar menyatakan, bahwa penilaian
otentik antara lain melalui penilaian proyek atau kegiatan siswa, penggunaan
portofolio, jurnal, demonstrasi, laporan tertulis, ceklis dan petunjuk
observasi. Tujuan penilaian otentik adalah untuk mengukur berbagai
keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata,
di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Penilaian otentik juga
dapat digunakan untuk menjamin informasi yang sebenar-benarnya tentang
kemampuan atau kompetensi peserta didik.
1. Pengertian Penilaian Otentik
Penilaian autentik (Authentic Assessment)
adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta
didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan
sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik
merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual
penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes
pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk
mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria
yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba,
dan nilai prestasi luar sekolah.
Penilaian
otentik adalah melaksanakan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai macam
cara yang berhubungan dengan tugas guru yakni menilai sejauhmana keberhasilan
pembelajaran. "Newman dan Wehlage dalam Peter Rennert-Ariev dan Loyola
College mengatakan, bahwa “who claim that assesments help studens create
discourse, products, and performance, that have value or meaning beyond success
in school”.Penilaian otentik dapat membantu peserta didik membuat wacana,
produk, dan pertunjukan yang memiliki nilai atau makna melampui kesuksesan di
sekolah.
2. Prinsip-prinsip Penilaian Otentik
Sebagai
bagian dari kurikulum 2013, penilaian otentik sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor dan komponen yang ada di dalamnya.namun disini guru mempunyai posisi
yang sentral dalam menentukan keberhasilan dan kegagalan dalam pembelajaran.
Untuk itu penilaian otentik harus memperhatikan beberapa prinsip-prinsip
diantaranya adalah:
- Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
- Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
- Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
- Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
- Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihakpihak yang berkepentingan.
- Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
- Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
- Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
- Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
Banyak
tugas dan kegiatan penilaian pembelajaran yang dapat dikelompokkan ke dalam
penilaian otentik selama tugas tersebut sesuai dengan hakikat penilaian
otentik. O'Malley dan Pierce menyebutkan beberapa model penilaian otentik,
antara lain wawancara lisan, menceritakan kembali teks, menulis sampel, proyek
dan pameran, eksperimen atau demonstrasi, constructed-response items,
pengamatan guru, dan portofolio Sementara itu, model penilaian otentik
yang disebutkan oleh Nurgiyantoro antara lain penilaian kinerja, wawancara
lisan, pertanyaan terbuka, menceritakan kembali teks atau cerita, portofolio,
dan proyek. Model penilaian otentik juga disebutkan oleh Kemendikbud, antara
lain penilaian kinerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, dan penilaian
tertulis.
4. Ruang Lingkup Penilaian Otentik
Permendikbud
Nomor 53 tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah bahwa ruang lingkup dalam penilaian
otentik mencakup kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan.
5. Teknik dan Instrumen Penilaian Otentik
Teknik
dan instrumen penilaian otentik untuk menilai kemajuan belajar siswa yang
meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian
otentik dalam implementasi kurikulum 2013 mengacu kepada standar penilaian yang
terdiri dari:
- Penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal
- Pengetahuan melalui tes tulis, tes, lisan, dan penugasan.
- Keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Berdasarkan
Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 53 tahun 2015 tentang Penilaian Hasil
Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, bahwa ada
beberapa cara yang yang dapat digunakan untuk menilai sikap spiritual dan sikap
sosial siswa, yaitu observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman.
Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah lembar observasi atau jurnal.
Hasil observasi dicatat dalam jurnal yang dibuat selama satu semester oleh guru
kimia, guru BK, dan wali kelas Instrumen yang digunakan untuk penilaian diri
berupa lembar penilaian diri yang dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan
tidak bermakna ganda, dengan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik,
dan menggunakan format sederhana yang mudah diisi peserta didik. Instrumen yang
digunakan untuk penilaian antar teman berupa lembar penilaian antar teman
menggunakan daftar cek.
Pengamatan dapat menggunakan lembar pengamatan dalam bentuk
daftar cek atau skala penilaian, dilakukan pada saat aktivitas pembelajaran
berlangsung. Pengamatan sikap dalam Kimia misalnya kerjasamadan santun dapat
dilakukan pada kegiatan kerja kelompok. Sedangkan pengamatan sikap disiplin,
jujur, mampu membedakan fakta dan opini, serta teliti dapat dilakukan saat
melakukan percobaan (eksperimen) Kimia.
Jurnal adalah catatan pendidik yang sistematis di dalam dan
di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan
kelemahan peserta didik berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal yang dibuat
oleh guru dapat berisi perilaku peserta didik baik yang positif maupun negatif,
dilengkapi dengan waktu terjadinya perilaku tersebut. Jurnal dapat memuat
penilaian terhadap peserta didik pada aspek tertentu secara kronologis.
b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Berbagai
teknik penilaian pengetahuan dapat digunakan sesuai karakteristik masing-masing
KD. Teknik yang biasa digunakan adalah tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.
Instrumen tes tertulis dapat berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen tes lisan dapat berupa kuis dan
tanya jawab. Instrumen penugasan dapat berupa pekerjaan rumah dan/ atau proyek
yang dikerjakan secara individu atau klompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Tes
Tertulis : Penilaian
tertulis atas hasil pembelajaran kimia tetap lazim dilakukan. Tes tertulis
dapat berupa memilih atau mengisi jawaban. . Memilih jawaban dapat berbentuk
pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat.
Mengisi jawaban terdiri atas isian/ melengkapi, jawaban singkat/ pendek, dan
uraian. Butir soal yang disusun harus memenuhi kaidah penulisan butir soal yang
meliputi substansi/materi, konstruksi, dan bahasa.
Tes
tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis,
mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis
berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu
menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pada
tes tertulis berbentuk uraian, hendaknya guru Kimia memberi kesempatan peserta
didik untuk memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya,
namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Tes tertulis berbentuk uraian
pada mata pelajaran Kimia biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu
jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas
(restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan
oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada pendidik untuk dapat
mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.
- Tes lisan dapat digunakan jika sesuai dengan kompetensi pada taraf pengetahuan yang hendak dinilai;
- Pertanyaan tidak boleh keluar dari bahan ajar yang ada;
- Pertanyaan diharapkan dapat mendorong peserta didik dalam mengkontruksi jawabannya sendiri;
- Disusun dari pertanyaan yang sederhana ke pertanyaan yang komplek.
Contoh
pertanyaan pada tes lisan:
a.
Bagaimana cara memberi nama senyawa hidrokarbon?
b.
Senyawa apa yang terbentuk pada reaksi pembakaran hidro karbon
Penugasan : Instrumen
penugasan dapat berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek yang harus dikerjakan
oleh peserta didik, baik secara individu atau kelompok, sesuai dengan
karakteristik tugas. Contoh tugas Kimia:”Membuat bahan presentasi mengenai
bahan bakar alternatif selain minyak bumi dan gas alam”.
c. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Penilaian
keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain penilaian
praktik/kinerja, proyek, dan portofolio. Instrumen yang digunakan berupa
skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. Penilaian
unjuk kerja/kinerja/praktik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta
didik dalam melakukan sesuatu, seperti: praktikum kimia di laboratorium dan
presentasi. Penilaian proyek (project based assessment) merupakan
kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik
menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa
investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
Dengan demikian, penilaian proyek dapat mengukur pemahaman, mengaplikasikan,
penyelidikan, dan lain-lain.
Penialain
produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produkproduk,
teknologi, dan seni. Pengembangan produk meliputi 3 tahap dan setiap tahap
perlu diadakan penilaian yaitu:
- Tahap persiapan,, meliputi penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk;
- Tahap pembuatan produk (proses), meliputi penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik;
- Tahap penilaian produk, meliputi penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan, misalnya berdasarkan tampilan, fungsi, dan estetika.
Penilaian
produk biasanya menggunakan cara analitik atau holistik. Cara analitik, yaitu
berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang
terdapat pada semua tahap proses pengembangan (tahap persiapan, pembuatan
produk, dan penilaian produk). Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan
keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan hanya pada tahap penilaian
produk. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik
secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Melalui
penilaian portofolio guru Kimia akan mengetahui perkembangan atau kemajuan
belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya peserta didik dalam menyusun atau
membuat laporan praktikum Kimia selama satu semester. Atas dasar penilaian itu,
pendidik dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan
tuntutan pembelajaran Kimia.
Tes
Praktik : Tes
praktik dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik pada waktu melakukan
praktik Kimia. Dalam tes praktik perlu dibuat rubrik penilaian, yaitu daftar
kriteria yang menunjukkan kinerja dan aspek-aspek atau konsep-konsep yang akan
dinilai, dan gradasi mutu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan praktik di laboratorium,
misalnya praktik mengenai “Daya hantar listrik pada berbagai larutan”.
Penilaian
Proyek : Penilaian
proyek (project based assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas
yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta
didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan,
analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek dapat mengukur
pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama
mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan
untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada
setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian
khusus dari pendidik.
- Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
- Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
- Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian
proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan dan hasil proyek. Dalam kaitan ini
kegiatan yang harus dilakukan oleh pendidik meliputi penyusunan rancangan dan
instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus.
Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan
bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian secara analitik
merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk
tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara
keseluruhan atas produk yang dihasilkan.Contoh tugas proyek Kimia: “Membuat
bahan bakar alternatif Naskah Pembelajaran Kimia selain minyak bumi dan gas
alam dari bahan-bahan yang terdapat di lingkungan sekitar peserta didik”.
Penilaian
Portofolio : Penilaian
portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik, atau informasi lain yang relevan
dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik mata
pelajaran Kimia. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik
secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu.
Penilaian terutama dilakukan oleh pendidik, meski dapat juga oleh peserta didik
sendiri.
Melalui
penilaian portofolio guru Kimia akan mengetahui perkembangan atau kemajuan
belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya peserta didik dalam menyusun atau
membuat laporan praktikum Kimia selama satu semester.. Atas dasar penilaian
itu, pendidik dan/atau peserta didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan
tuntutan pembelajaran Kimia.
Penilaian
portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
- Pendidik menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
- Pendidik atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
- Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan pendidik menyusun portofolio pembelajaran.
- Pendidik menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
- Pendidik menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
- Jika memungkinkan, pendidik bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
- Pendidik memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
Berdasarkan pemaparan
diatas terdapat beberapa masalah sebagai berikut :
- Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada kurikulum 2013, oleh sebab itu penilaian hasil pembelajaran kimia harus dikembangkan sesuai dengan konsep penilaian kurikulum 2013. Bagaimana kita merancang penilaian otentik agar semua aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan pada pemebelajaran kimia agar dapat ternilai dengan baik!
- Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam membuat penilaian ? Kapan waktu yang tepat untuk melakukan penilaian pada setiap ranah (sikap, keterampilan dan pengetahuan) tolong berikan pendapat saudara/i.
saya akan mencoba menjawab pertanyaan sugeng yakni Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam membuat penilaian ? Kapan waktu yang tepat untuk melakukan penilaian pada setiap ranah (sikap, keterampilan dan pengetahuan) tolong berikan pendapat saudara/i.
BalasHapussebetulnya pada materi yang sugeng paparkan sudah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan namun saya akan sedikit menambahkan. Moon, et al., (2005: 120) menyatakan bahwa penggunaan penilaian otentik, harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
(a) difokuskan pada isi yang esensial;
(b) secara mendalam terarah pada masalah;
(c) fleksibel dan mudah dilaksanakan;
(d) difokuskan pada kemampuan untuk menghasilkan suatu produk atau kinerjar;
(e) mengembangkan kekuatan dan keahlian siswa;
(f) mempunyai kriteria yang disepakati antara guru dan siswa;
(g) menyediakan berbagai cara di mana siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya;
(h) memerlukan penskoran.
yang difokuskan pada esensi tugas.
kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan penilaian baik itu kognitif afektif maupun psikomotor, menurut saya pada saat proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa misalnya pada saat diskusi kelompok, maupun pada saat praktikum dilaboratorium. nah, pada saat itu kt bisa menilai siswa secara langsung melalui observasi, bisa juga dengan menggunakan format penilaian diri sendiri, penilaian teman/partner kelompok, ranah afektif dan psikomotor dapat dilakukan secara bersamaan saat proses pembelajaran berlangsung (eg. pada saat eksperimen berjalan) sedangkan kognitif bisa saja dilakukan sebelum memulai kegiatan belajar maupun pada akhir pembelajaran (utk akhir pembelajaran bisa dengan memberikan tes tertulis uraian maupun pilihan ganda). tergantung bagaimana guru mensiasatinya sebenarnya, sehingga 3 aspek ini dapat dinilai secara objektif sesaat sebelum, selama serta setelah pembelajaran
Saya setuju dengan kak rini. Bahwa pembelajaram di abad 21 ini sudah berorientasi pada siswa. Dimana siswa harus lebih aktif. Nah untuk menilai dari 3 aspek penilaian otentik ini. Pertama untuk penilian sikap bisa di milai mulai dari awal pembelajaran. Misalny absensi siswa dll. Dan tidak lupa untuk membuat catatan pendidik selama proses pembelajaran. Kedua penilian keterampilan pada saat berdiskusi atau praktikum atau membuat suatu prkaarya bisa dengan menggunakan penilaian onservasi perkelompok. Ketiga baru penialain kognitif dimana di lakukan uji tes terakhir berupa latiahan soal untuk melihat sejauh mana siswa menangkap materi pelajaran.
Hapussaya setuju dengan kk rini dan dian bahwasannya waktu untuk melakukan penilaian autentik pada ketiga aspek yaitu pada awal,proses dan akhir pembelajaran. pada awal pembelajaran bisa dilihat pada absen siswa (sikap). pada proses pembelajaran saat diskusi kelompok (keterampilan) dan di akhir pembelajaran bisa dilakukan dengan tes berupa soal-soal (kognitif).
HapusSaya sependapat dengan teman2 semua dimana hal-hal yg dpt di perhatiakan saat Pelaksanaan penilaian otentik tidak lagi menggunakan format-format penilaian tradisional (multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test), tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu masalah. Format penilaian ini dapat berupa : a) tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli ke hadapan siswa (hands-on penilaian), b) tugas (tugas ketrampilan, tugas investigasi sederhana dan tugas investigasi terintegrasi), c) format rekaman kegiatan belajar siswa (misalnya : portfolio, interview, daftar cek, presentasi oral dan debat).
HapusWaktu yg dpt dilakukakn dlm penilain otentik yaitu saat awal, proses dan akhir pembelajaran.
saat kita merancang terlebih dahulu kita melihat dari Tujuan penilaian autentik yaitu perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif . jika semua tujuan ini telah terlaksana maka hasil yang diperoleh dapat menjawab permasalahan kita
BalasHapusKapan waktu yang tepat untuk melakukan penilaian pada setiap ranah (sikap, keterampilan dan pengetahuan) tolong berikan pendapat saudara/i.
BalasHapusmenurut saya, waktu yang tepat untuk melakukan penilaian pada setiap ranah (sikap, keterampilan dan pengetahuan) yaitu sikap bisa dinilai pada saat proses pembelajaran, keterampilan bisa pada saat proses dan hasil, kemudian pengetahuan bisa pada saat proses dan hasil
tentang permaslahan kapan waktu penilaian pada setiap ranah (sikap, keterampilan dan pengetahuan) saya sependapat dengan apa yang disampaikan esa witri. bisa dinilai pada proses selama pembelajran berlangsung. sedangkan pada aspek kognitif/pengetahuan bisa dilakukan pada akhir pembelajaran pada saat evaluasi pembelajaran.
Hapusuntuk menjawab pertanyaan pertama, disini guru harus mampu melihat secara detail bagaimana karakteristik siswa tsb. bisa juga dari KI,KD dan guru sesuaikan dgn indikator yg akan dicapai. sama seperti kita menilai seseorang, tidak boleh menilai dari tampilan luarnya saja tetapi juga personal dan behaviournya juga
BalasHapusKapan waktu yang tepat untuk melakukan penilaian pada setiap ranah (sikap, keterampilan dan pengetahuan) tolong berikan pendapat saudara/i.
penilaian ini tentunya harus dibantu oleh orang lain pada saat proses pembelajaran karna ada proses yg benar" harus dinilai saat proses tersebut berlangsung.
Menurut saya waktu penilaian yang tepat dalam penilaian ketiga aspek (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) adalah ketika sedang melakukan diskusi atau berdemonstrasi. Karena ketiga aspek tersebut akan muncul dan lebih mudah teramati. Karena kita bisa menilai keterampilan melalui cara siswa dalam berkomunikasi, berpendapat, lalu untuk sikap dan pengetahuan tentunya akan selalu ada disetiap pertemuan namun kalau keterampilan biasanya muncul saat materi pembelajaran yang bersifat demonstrasi yang menampilkan keterampilan.
BalasHapussependapat dengan kak fanny menuer saya juga waktu penilaian yang tepat dalam penilaian ketiga aspek (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) adalah ketika proses pembelajaran sedang berlangsung yang paling utama pada saat elakukan diskusi atau berdemonstrasi. Karena ketiga aspek tersebut akan muncul dan lebih mudah teramati. Karena kita bisa menilai keterampilan melalui cara siswa dalam berkomunikasi, berpendapat, lalu untuk sikap dan pengetahuan tentunya akan selalu ada disetiap pertemuan. jika guru merasa cukup kesulitan dengan penilaian ini dapat guru dapat memeinta bantuan orang lain yang berkompeten untuk dapat melaksanakan penilaian otentik ini
HapusMenanggapi pertanyaan pertama dan kedua yang pada prinsipnya saling berkaitan, perlu benar-benar kita sadari bahwa tujuan penilaian itu adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan. Misalnya, penugasan kepada pembelajar untuk membaca berbagai teks aktual-realistik, menulis topik-topik tertentu sebagaimana halnya di kehidupan nyata, dan berpartisipasi konkret dalam diskusi atau bedah buku, menulis untuk jurnal, surat, atau mengedit tulisan sampai siap cetak. Dalam kegiatan itu, baik materi pembelajaran maupun penilaiannya terlihat atau bahkan memang alamiah. Jadi, penilaian model ini menekankan pada pengukuran kinerja, doing something, melakukan sesuatu yang merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan yang telah dikuasai secara teoretis.
BalasHapusPenilaian autentik lebih menuntut pembelajar mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan, dan strategi dengan mengkreasikan jawaban atau produk. Siswa tidak sekedar diminta merespon jawaban seperti dalam tes tradisional, melainkan dituntut untuk mampu mengkreasikan dan menghasilkan jawaban yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan teoretis.
Maka setiap proses semestinya tidak luput dari penilaian/observasi, dan rancangan penilaian hendaknya disesuaikan dengan materi
Menurut saya kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan penilaian, baik itu kognitif afektif maupun psikomotor, menurut saya pada saat proses pembelajaran misalnya pada saat diskusi kelompok, maupun pada saat praktikum dilaboratorium. nah, pada saat itu kt bisa menilai siswa secara langsung melalui observasi, baik sevara kogmitif maupun afektif dan psikomotor, dengan menilai cara observasi
BalasHapus